Auto Biografi Mulya
Nama saya Mulya, saya dilahirkan di sebuah desa yang aman dan tenteram sebut saja desa
Pagundan kecamatan Lebakwangi kabupaten Kuningan. Saya terlahir dari pasangan
ibu dan bapak yang bernama Toto dari Desa Pagundan dengan ibu bernama Julaeha
berasal dari Desa Ciangir Kecamatan Cibingbin masih dalam satu Kabupaten
Kuningan. Mereka menjalin hubungan saling mencintai sampai menuju pelaminan dua
puluh tahun yang lalu. Sehingga melahirkan buah hatinya yaitu saya tepat pada
tanggal 18 Oktober 1992 pada hari minggu. Kelahiran saya merasa tidak sempurna
karena mengalami kelainan fisik tidak lengkapnya jari tangan sebelah kanan yang
menjadi beban pikiran orang tua. Kesalahan apa yang membuat hal itu bisa
terjadi. Setelah dipikirkan selama satu minggu permasalahannya terungkap bahwa
ketika kandungan berumur tujuh bulan ibu pernah mengidam ayam goreng, langsung
saja ibu menyuruh orang untuk memotong ayam yang ada dikandang. Kemudian ibu
sendiri yang menyuci karena hanya ibu yang ada di rumah, letak kesalahannya ibu
memotong kaki ayam sehingga terjadi hal yang tidak diinginkan ketika bayinya
lahir. Padahal seorang ibu hamil banyak pantangan tidak boleh banyak melakukan sesuatu.
Walaupun demikian itu sudah menjadi suratan takdir yang tidak bisa dipungkiri.
Saya selalu bersyukur apapun yang terjadi di balik semua ini pasti ada
hikmahnya karena Allah menciptakan sesuatu disertai manfaat, pastilah Allah
mempunyai tujuan yang lebih baik.
Saya tumbuh dan berkembang dengan sehat sebagaimana seperti
anak-anak lain pada umumnya. Selama balita saya dibesarkan oleh oleh orang
tuaku di Pagundan. Pekerjaan orang tua tidak menetap kadang sebagai petani, terkadang pula menjadi buruh
di sebuah pabrik bawang untuk mengupas kulit bawang yang dikerjakan di rumah para
buruh dihitung perkarungnya. Sangat wajar karena pendidikan terakhir mereka
hanya tamat sampai Sekolah Dasar. Dengan pekerjaan tersebut dapat menghidupi
keluarga namun terkadang sangat tidak mencukupi antara pendapatan dengan
pengeluaran setiap hari. Sehingga orang tuaku memutuskan untuk pergi merantau
ke Kota Tangerang bekerja pedagang kaki lima milik orang lain dengan sistem
pembayaran bagi hasil.
Saya dibawa pergi sejak itu pula merasakan kehidupan kota
metropolitan yang begitu keras penuh dengan persaingan ekonomi. Tidak menutup
kemungkinan dari hasil kerja keras dan
bermodal sabar sebagai pedagang kaki lima dapat mengubah kehidupan. Warung semi
permanen yang tadinya milik orang lain kemudian dibeli sepenuhnya menjadi milik
orang tuaku.
Setiap hari pekerjaan itu dilakukan hingga tiba waktunya saya untuk
bersekolah di tingkat dasar. Ibu memutuskan untuk pulang ke Lebakwangi
mendaftarkan saya di Sekolah Dasar Negeri 1 Pagundan ketika berusia tujuh tahun
pada tahun 1999. Saya selalu didampingi ibu setiap hari pulang pergi sekolah selama
satu tahun. Ibu mngkhawatirkan karena saya masih kecil tidak tahu jalan menuju
sekolah yang jaraknya lumayan jauh ditambah harus meyebrangi jalan raya.
Dari hasil evaluasi belajar di kelas satu SD saya mendapatkan nilai
yang memuaskan dan menduduki peringkat
ke-5. Awalnya saya ragu dengan melihat kondisi tangan, saya berusaha
mengandalkan tangan kiri untuk melakukan aktivitas terutama menulis. Usaha
terus saya lakukan dengan belajar menulis dan ternyata tidak jauh berbeda dengan
teman-teman yang menulis dengan menggunakan tangan kanan. Selain terampil
menulis juga merasakan lebih unggul dalam mengolah otak kiri yaitu pandai
berhitung. Keahlian yang saya miliki menjadi modal dasar dalam belajar dan
keterampilan lain.
Sejak kelas dua SD saya sudah dilepas tidak lagi antar-jemput ke
sekolah. Saya sudah bisa pergi namun bersama teman-teman. Ibu sudah merasa saya
sudah bisa menjaga diri, kemudian ibu langsung pergi menyusul bapak ke
Tangerang. Saya dititipkan kepada nenek dari bapak di Pagundan. Saya terpaksa
merelakan ibu pergi ke Tangerang untuk membeli segala kebutuhan dan biaya sekolah karena pada saat itu biaya
sekolah masih dipungat belum adanya bantuan dari pemerintah semacam Biaya
Operasional Sekolah (BOS). Saya terpaksa menahan kesedihan dikala teringat ibu
ingin dia cepat pulang. Walaupun masih
kecil saya kuat terlepas dari kasih sayang orang tua secara langsung dan
terbukti hingga saya rasakan sekarang bertemu hanya setahun dua kali ketika
lebaran idul fitri dan keperluan di rumah. Namun saya tetap tabah menghadapinya
dengan terus giat belajar dan
berdo’a. Terbukti melihat
nilai-nilai hasil belajar sampai naik ke kelas tiga. Tetapi di tengah catur wulan ke 2 kelas tiga terjadi
konflik dalam rumah tangga bahwa ibu meminta cerai karena bapak melakukan
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Pada mulanya bapak selalu menolak untuk
perpisahan itu. Setelah beberapa kali permintaan mungkin bapak juga merasa
bosan mendengarnya lebih baik mengakhiri rumah tangga. Sejak itu pula saya
harus terpisah dari bapak karena mengikuti ibu kembali ke rumah orang tua ibu
atau nenek. Tempat saya menempuh pendidikan pun harus pindah tempat ke Sekolah
Dasar Negeri 2 Ciangir Kecamatan Cibingbin. Kepindahan saya ke Ciangir perlu menyesuaikan
diri dengan situasi tempat dan sekolah. Ketika hari libur saya suka membantu
nenek pergi ke sawah dan hutan, walaupun nenek sudah tua namun dia tetap
bekerja keras menggarap sawah bersama paman hal itu kadang membuat saya sedih
nenek yang seharusnya sudah tidak bekerja lagi hanya diam di rumah, pekerjaan
itu nenek sendiri yang menginginkan. Padahal anak-anaknya sudah berapa kali
melarang. Sehingga hati saya tergugah betapa hebatnya perjuangan seorang
wanita.
Kadang kala malas sudah menghampiri saya tidak mau pergi ke sawah.
Banyak pekerjaan yang dilakukan di sawah sampai menyarankan bahwa ketika pulang
dari sawah jangan sampai tidak membawa sesuatu, sehingga saya harus membawa
kayu bakar semampunya. Dengan seringnya pergi ke hutan membuat tubuh menjadi
kuat atletis. Memang hobi saya adalah berolahraga, dan di sinilah tempat yang
cocok karena teman-teman juga setiap hari melakukan latihan baik itu sepak
bola, volly, ataupun futsal. Saya merasa tergiur untuk ikut bermain sambil
mengembangkan bakat. Karena setiap tahunnya suka diadakan sebuah turnamen
futsal tepatnya pada waktu lebaran idul fitri yang bertujuan untuk memperat
tali silaturahim antar pemuda. Selain itu turnamen volly ball suka
diadakan di sebuah tempat hajatan malahan pesertanya dari berbagai desa sewilayah kuningan, sudah tentu anak Ciangir
selalu mengikuti kalah menang menjadi hal biasa.
Walaupun sering bergelut dalam dunia olahraga itu tidak lupa
melakukan kewajiban saya sebagai pelajar. Tidak terasa lulus dari Sekolah Dasar
pada tahun 2005 dengan prestasi menempati rata-rata menempati peringkat sepuluh
besar dari kelas satu sampai kelas enam. Kemudian saya melanjutkan ke Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Cibingbin. Ketika masuk saya perlu penyesuaian diri dengan
keadaan di SMP, awal masuk saya terkejut disuruh memakai aksesoris aneh yang
membuat malu penampilan. Walaupun begitu
sudah menjadi ketentuan dari sekolah untuk menguji mental calon siswa baru.
Saya menjalaninya dengan semangat bersama teman-teman. Lama-kelamaan bisa
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi sekolah dan bisa mengikuti sesuai
prosedur.
Prestasi ketika di SMP bisa mempertahankan peringkat sepuluh besar
pula hanya sekali di atas peringkat ke-12 pada awal kelas satu mungkin karena
awal masuk belum tahu sistem pembelajaran masih fokus mengikuti olahraga setiap
sore. Tidak terlepas dari hobi ekstra kurikuler yang dipilih adalah volly
ball, yang paling berharga dalam dunia olahraga ketika mengikuti lomba lari
jarak jauh 5 kilo meter atau setara dengan 12 keliling lapangan sepak bola yang
diikuti SLTA dan SLTP sewilayah Kabupaten Kuningan dan berhasil mencapai finish
pada urutan ke-5 atau juara harapan dua. Jika saja juara pertama akan
dipertandingkan lagi tingkat provinsi kemudian tingkat nasional. Walapun tidak
juara dan dapat piala saya merasa bangga sebagai prestasi dan motivasi adik-adik kelas untuk melanjutkan perjuangan
yang pernah ditempuh.
Tidak terasa saya lulus dari SMP pada tahun 2008. Pada mulanya saya
hanya ingin sampai tamat SMP kemudian pergi merantau bersama teman-teman ke kota karena takut
tidak bisa melunasi segala pendaftaran ke SMA. Ibu menolak dengan tegas dari
pada bekerja lebih baik terus melanjutkan sekolah sayang dengan kecerdasan yang
saya miliki. Dalam benak hati pun merasa termotivasi dengan dukungan dan do’a
ibu pasti. Ibu pun tidak menyerah mencari biaya dan menggunakan sisa tabungan.
Saya merasa senang bisa melanjutkan sekolah dan mendaftar ke SMA Negeri 1
Lebakwangi atau disingkat Smangi yang lebih dekat ke Pagundan dan menjadikan
harus kembali pindah tempat tinggal bersama bapak.
Sebalum daftar ke Smangi awalnya pernah mendaftar ke SMA Neger 1i
Ciawigebang sebagai pilihan utama dan pilihan kedua mendaftar ke SMA Negeri 1 Luragung
hasilnya diterima di Lurangung. Setelah dipikirkan kembali lokasi Luragung
berada di tengah-tengah keduanya antara Cibingbin-Lebakwangi sama jauhnya. Dan
itu membuat batal masuk ke SMA Negeri Luragung padahal sudah membayar uang
daftar yang harus diikhlaskan. Berhasil diterima di Smangi itu juga masih jauh
karena sulitnya kendaraan umum untuk dijangkau harus berjalan kaki melewati
sawah. Adapun sepeda motor milik bapak keadaanya sudah tua sering mogok
terpaksa saya pakai dari pada tidak ada lagi. Dengan penuh dengan rasa malu
atau gengsi saya mengendarainya selama satu tahun ditambah sering
mengeluh.
Dengan demikian saya mengajukan pindah sekolah ke SMA Negeri 1
Garawangi yang lokasinya lebih dekat bisa dituju dengan berjalan kaki hanya
beberapa menit. Niat sudah bulat mengajukannya kepada kepala sekolah bersama
ibu dengan alasan-alasan seperti tadi. Tanggapan kepsek memberikan toleransi
silahkan saja jika ingin pindah sekolah akan tetapi biaya dua kali lipat lebih
mahal dari biaya awal masuk pendaftaran. Melihat keadaan saya kepsek merasa
peduli dengan memberikan saran-saran dan menempatkan saya di Masjid sekolah
sebagai tempat tinggal dengan syarat menjaga kebersihannya setiap hari dan
tidak perlu membayar justru dibayar dengan menggratiskan uang SPP. Bersyukur
dengan semua itu tanpa perlu memikirkan lagi motor yang sering mogok, uang
bensin, uang SPP, tugas saya hanya belajar dengan sungguh-sungguh.
Kesungguhan itu dapat dipercaya untuk mengajar di sebuah Taman
Pendidikan Anak (TPA) di dua tempat dalam waktu yang berbeda bersama teman saya
yang bernama Yana dan Sanjaya bergantian apabila diantara kami ada yang
aktivitas lain atau mengajar bersama bertiga. Sampai akhirnya mendekati Ujian
Nasional Yana meminta untuk berhenti mengajar karena takut terganggu proses
belajarnya sedangkan saya terus berlanjut hanya saja pas hari Ujian berhenti
sebentar kemudian dilanjutkan kembali kepecayaan saya bertambah disuruh untuk
mengajar ngaji secara privat di sebuah rumah dikarenakan anaknya tidak ingin
belajar bersama ditambah manja, hal itu menjadi tugas saya untuk mengajarnya
dan memberi arahan yang bermanfaat, walaupun harus penuh dengan kesabaran
menghadapi anak yang susah diatur saya lakukan semua itu. Merasa sudah bisa
membaca Al-Qur’an tingkat dasar orang tuanya meminta dialihkan untuk privat
pelajaran umum yang ada di sekolah karena untuk pemantapan ujian yang akan
dihadapi. Tidak disangka saya mendapatkan bayaran berupa uang sebagai jasa
mengajar selain itu pula diberi jamuan dan makan. Dalam do’a saya selalu
bersyukur atas sagala nikmat Allah yang selama ini rasakan.
Banyak prestasi yang diraih selama SMA masih mampu mempetahankan
peringkat sepuluh besar. Peringkat yang diraih dari SD hingga SMA adalah
peringkat ke-2 sampai ke-7, masih belum bisa menduduki peringkat pertama dan pernah
turun prestasi yaitu peringkat ke-12 pada kelas satu SMP. Selain itu saya
mengikuti ekstra kurikuler English Movement Club (kelompok penggerak bahasa
Inggris) dan ekstra kurikuler Rohani Islam, dari ekstra kurikuler dan berbagai
macam perlombaan saya banyak mendapatkan sertifikat berharga yang berhasil saya
kumpulkan. Melihat perkembangan zaman yang sudah maju semua siswa memiliki handphone
itu menjadi peluang saya untuk belajar berbisnis sambil sekolah, setidaknya
saya bisa mengisi pulsa sendiri tanpa meminta ke orang tua. Ternyata bisnis
pulsa semakin berkembang banyak pelanggan yang membeli walaupun sering
dihutang. Hal itu perlu modal yang cukup, semakin lama pesat perkembangannya,
saya promosikan ke teman-teman di Desa Ciangir dan responnya baik pula malahan
dengan harga sedikit mahal karena di sana masih langka yang menjual pulsa.
Lulus SMA pada tahun 2011 dan tidak menyangka dari semua yang saya
lakukan ternyata buah manis yang dipetik dari pohon sebagai keseriusan belajar
dengan kesempatan dapat bea siswa bidik
misi yaitu gratis selama kuliah tanpa membayar sepeser pun justru maha siswa
yang dibayar setiap bulannya sebesar Rp. 600.000,00. Dengan syarat selalu
menempati peringkat sepuluh besar selama SMA, koleksi sertifikat,
nilai rata-rata raport 75 ke atas, dan termasuk golongan orang yang tidak mampu
secara ekonomi dengan surat keterangan tidak mampu dari desa.
Pada mulanya saya berpikir
pesimis bagaimana mungkin saya bisa kuliah biaya tidak punya. Kuliah adalah salah satu impian saya, dan ketika ada
banyak promosi dari dari berbagai universitas salah satunya program bidikmisi.
Saya mencoba mendaftar melalui internet secara online bersama teman-teman ke
berbagai universitas, saya memilih ke IAIN Cirebon karena perguruan tinggi yang
berstatus negeri paling dekat supaya mudah dijangkau dan peluang kesempatan
diterima lebih besar. Walaupun jurusan yang ditawarkan di IAIN hanya jurusan
tertentu tidak bisa memilih bebas oleh calon maha siswa, itu tidak bermasalah
bagi saya yang penting bisa menempuh pendidikan setinggi mungkin. Buktinya
banyak yang mendaftar ke perguruan tinggi favorit dan memilih jurusan sesuai
keinginan ternyata hasil pengumumannya banyak tidak diterima.
Setelah saya diterima di IAIN selanjutnya mencari tempat tinggal.
Kebetulan guru SMA punya teman dosen yang mempunyai pondok pesantren modern
Alma Asy-Syauqy, tidak salah juga saya mencoba merasakan tinggal di pesantren.
Istilah pondok modern namun yang rasa rasakan adalah sebuah kost yang di dalamnya
terdapat pembelajaran seperti yang ada di pesantren pada umumnya namun tidak
selengkap yang ada di pondok pesantren salaf.
Jika melihat ke belakang dari sejak lahir tidak terpikirkan apa
yang terjadi dengan mengandalkan kanan kiri banyak keahlian yang berkembang
mulai dari menulis, melukis, mengendarai motor, bahkan memangkas rambut yang
tidak semua orang bisa melakukan oleh orang yang memiliki tangan normal
pun. Bersyukur kepada Allah yang telah
mempercayai saya untuk terus menggali ilmu di sebuah perguruan tinggi yaitu
IAIN Syekh Nurjati Cirebon mengambil jurusan Tafsir Hadis samapai saat ini.
SekianBACA JUGA : MOTi EXPONENT
Jasa Rental Perlengkapan Event Seminar, Workshop, Launching, Wisuda, Partisi Pameran
0 comments:
Post a Comment