اَÙ‡ْلاًÙˆَسَÙ‡ْلاً

Monday, 14 October 2013

Auto Biografi Moelyha Djati Mahoney



Auto Biografi Mulya
Nama saya Mulya, saya dilahirkan di sebuah desa  yang aman dan tenteram sebut saja desa Pagundan kecamatan Lebakwangi kabupaten Kuningan. Saya terlahir dari pasangan ibu dan bapak yang bernama Toto dari Desa Pagundan dengan ibu bernama Julaeha berasal dari Desa Ciangir Kecamatan Cibingbin masih dalam satu Kabupaten Kuningan. Mereka menjalin hubungan saling mencintai sampai menuju pelaminan dua puluh tahun yang lalu. Sehingga melahirkan buah hatinya yaitu saya tepat pada tanggal 18 Oktober 1992 pada hari minggu. Kelahiran saya merasa tidak sempurna karena mengalami kelainan fisik tidak lengkapnya jari tangan sebelah kanan yang menjadi beban pikiran orang tua. Kesalahan apa yang membuat hal itu bisa terjadi. Setelah dipikirkan selama satu minggu permasalahannya terungkap bahwa ketika kandungan berumur tujuh bulan ibu pernah mengidam ayam goreng, langsung saja ibu menyuruh orang untuk memotong ayam yang ada dikandang. Kemudian ibu sendiri yang menyuci karena hanya ibu yang ada di rumah, letak kesalahannya ibu memotong kaki ayam sehingga terjadi hal yang tidak diinginkan ketika bayinya lahir. Padahal seorang ibu hamil banyak pantangan tidak boleh banyak melakukan sesuatu. Walaupun demikian itu sudah menjadi suratan takdir yang tidak bisa dipungkiri. Saya selalu bersyukur apapun yang terjadi di balik semua ini pasti ada hikmahnya karena Allah menciptakan sesuatu disertai manfaat, pastilah Allah mempunyai tujuan yang lebih baik.
Saya tumbuh dan berkembang dengan sehat sebagaimana seperti anak-anak lain pada umumnya. Selama balita saya dibesarkan oleh oleh orang tuaku di Pagundan. Pekerjaan orang tua tidak menetap kadang  sebagai petani, terkadang pula menjadi buruh di sebuah pabrik bawang untuk mengupas kulit bawang yang dikerjakan di rumah para buruh dihitung perkarungnya. Sangat wajar karena pendidikan terakhir mereka hanya tamat sampai Sekolah Dasar. Dengan pekerjaan tersebut dapat menghidupi keluarga namun terkadang sangat tidak mencukupi antara pendapatan dengan pengeluaran setiap hari. Sehingga orang tuaku memutuskan untuk pergi merantau ke Kota Tangerang bekerja pedagang kaki lima milik orang lain dengan sistem pembayaran bagi hasil.
Saya dibawa pergi sejak itu pula merasakan kehidupan kota metropolitan yang begitu keras penuh dengan persaingan ekonomi. Tidak menutup kemungkinan dari hasil kerja keras  dan bermodal sabar sebagai pedagang kaki lima dapat mengubah kehidupan. Warung semi permanen yang tadinya milik orang lain kemudian dibeli sepenuhnya menjadi milik orang tuaku.
Setiap hari pekerjaan itu dilakukan hingga tiba waktunya saya untuk bersekolah di tingkat dasar. Ibu memutuskan untuk pulang ke Lebakwangi mendaftarkan saya di Sekolah Dasar Negeri 1 Pagundan ketika berusia tujuh tahun pada tahun 1999. Saya selalu didampingi ibu setiap hari pulang pergi sekolah selama satu tahun. Ibu mngkhawatirkan karena saya masih kecil tidak tahu jalan menuju sekolah yang jaraknya lumayan jauh ditambah harus meyebrangi jalan raya.
Dari hasil evaluasi belajar di kelas satu SD saya mendapatkan nilai yang memuaskan  dan menduduki peringkat ke-5. Awalnya saya ragu dengan melihat kondisi tangan, saya berusaha mengandalkan tangan kiri untuk melakukan aktivitas terutama menulis. Usaha terus saya lakukan dengan belajar menulis dan ternyata tidak jauh  berbeda dengan teman-teman yang menulis dengan menggunakan tangan kanan. Selain terampil menulis juga merasakan lebih unggul dalam mengolah otak kiri yaitu pandai berhitung. Keahlian yang saya miliki menjadi modal dasar dalam belajar dan keterampilan lain.
Sejak kelas dua SD saya sudah dilepas tidak lagi antar-jemput ke sekolah. Saya sudah bisa pergi namun bersama teman-teman. Ibu sudah merasa saya sudah bisa menjaga diri, kemudian ibu langsung pergi menyusul bapak ke Tangerang. Saya dititipkan kepada nenek dari bapak di Pagundan. Saya terpaksa merelakan ibu pergi ke Tangerang untuk membeli segala kebutuhan dan  biaya sekolah karena pada saat itu biaya sekolah masih dipungat belum adanya bantuan dari pemerintah semacam Biaya Operasional Sekolah (BOS). Saya terpaksa menahan kesedihan dikala teringat ibu ingin dia cepat pulang. Walaupun  masih kecil saya kuat terlepas dari kasih sayang orang tua secara langsung dan terbukti hingga saya rasakan sekarang bertemu hanya setahun dua kali ketika lebaran idul fitri dan keperluan di rumah. Namun saya tetap tabah menghadapinya dengan terus giat belajar dan  berdo’a.  Terbukti melihat nilai-nilai hasil belajar sampai naik ke kelas tiga. Tetapi  di tengah catur wulan ke 2 kelas tiga terjadi konflik dalam rumah tangga bahwa ibu meminta cerai karena bapak melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Pada mulanya bapak selalu menolak untuk perpisahan itu. Setelah beberapa kali permintaan mungkin bapak juga merasa bosan mendengarnya lebih baik mengakhiri rumah tangga. Sejak itu pula saya harus terpisah dari bapak karena mengikuti ibu kembali ke rumah orang tua ibu atau nenek. Tempat saya menempuh pendidikan pun harus pindah tempat ke Sekolah Dasar Negeri 2 Ciangir Kecamatan Cibingbin. Kepindahan saya ke Ciangir perlu menyesuaikan diri dengan situasi tempat dan sekolah. Ketika hari libur saya suka membantu nenek pergi ke sawah dan hutan, walaupun nenek sudah tua namun dia tetap bekerja keras menggarap sawah bersama paman hal itu kadang membuat saya sedih nenek yang seharusnya sudah tidak bekerja lagi hanya diam di rumah, pekerjaan itu nenek sendiri yang menginginkan. Padahal anak-anaknya sudah berapa kali melarang. Sehingga hati saya tergugah betapa hebatnya perjuangan seorang wanita.
Kadang kala malas sudah menghampiri saya tidak mau pergi ke sawah. Banyak pekerjaan yang dilakukan di sawah sampai menyarankan bahwa ketika pulang dari sawah jangan sampai tidak membawa sesuatu, sehingga saya harus membawa kayu bakar semampunya. Dengan seringnya pergi ke hutan membuat tubuh menjadi kuat atletis. Memang hobi saya adalah berolahraga, dan di sinilah tempat yang cocok karena teman-teman juga setiap hari melakukan latihan baik itu sepak bola, volly, ataupun futsal. Saya merasa tergiur untuk ikut bermain sambil mengembangkan bakat. Karena setiap tahunnya suka diadakan sebuah turnamen futsal tepatnya pada waktu lebaran idul fitri yang bertujuan untuk memperat tali silaturahim antar pemuda. Selain itu turnamen volly ball suka diadakan di sebuah tempat hajatan malahan pesertanya dari berbagai desa  sewilayah kuningan, sudah tentu anak Ciangir selalu mengikuti kalah menang menjadi hal biasa.
Walaupun sering bergelut dalam dunia olahraga itu tidak lupa melakukan kewajiban saya sebagai pelajar. Tidak terasa lulus dari Sekolah Dasar pada tahun 2005 dengan prestasi menempati rata-rata menempati peringkat sepuluh besar dari kelas satu sampai kelas enam.  Kemudian saya melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Cibingbin. Ketika masuk saya perlu penyesuaian diri dengan keadaan di SMP, awal masuk saya terkejut disuruh memakai aksesoris aneh yang membuat malu penampilan. Walaupun begitu sudah menjadi ketentuan dari sekolah untuk menguji mental calon siswa baru. Saya menjalaninya dengan semangat bersama teman-teman. Lama-kelamaan bisa menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi sekolah dan bisa mengikuti sesuai prosedur.

Prestasi ketika di SMP bisa mempertahankan peringkat sepuluh besar pula hanya sekali di atas peringkat ke-12 pada awal kelas satu mungkin karena awal masuk belum tahu sistem pembelajaran masih fokus mengikuti olahraga setiap sore. Tidak terlepas dari hobi ekstra kurikuler yang dipilih adalah volly ball, yang paling berharga dalam dunia olahraga ketika mengikuti lomba lari jarak jauh 5 kilo meter atau setara dengan 12 keliling lapangan sepak bola yang diikuti SLTA dan SLTP sewilayah Kabupaten Kuningan dan berhasil mencapai finish pada urutan ke-5 atau juara harapan dua. Jika saja juara pertama akan dipertandingkan lagi tingkat provinsi kemudian tingkat nasional. Walapun tidak juara dan dapat piala saya merasa bangga sebagai prestasi dan motivasi  adik-adik kelas untuk melanjutkan perjuangan yang pernah ditempuh.
Tidak terasa saya lulus dari SMP pada tahun 2008. Pada mulanya saya hanya ingin sampai tamat SMP kemudian pergi merantau  bersama teman-teman ke kota karena takut tidak bisa melunasi segala pendaftaran ke SMA. Ibu menolak dengan tegas dari pada bekerja lebih baik terus melanjutkan sekolah sayang dengan kecerdasan yang saya miliki. Dalam benak hati pun merasa termotivasi dengan dukungan dan do’a ibu pasti. Ibu pun tidak menyerah mencari biaya dan menggunakan sisa tabungan. Saya merasa senang bisa melanjutkan sekolah dan mendaftar ke SMA Negeri 1 Lebakwangi atau disingkat Smangi yang lebih dekat ke Pagundan dan menjadikan harus kembali pindah tempat tinggal bersama bapak.
Sebalum daftar ke Smangi awalnya pernah mendaftar ke SMA Neger 1i Ciawigebang sebagai pilihan utama dan pilihan kedua mendaftar ke SMA Negeri 1 Luragung hasilnya diterima di Lurangung. Setelah dipikirkan kembali lokasi Luragung berada di tengah-tengah keduanya antara Cibingbin-Lebakwangi sama jauhnya. Dan itu membuat batal masuk ke SMA Negeri Luragung padahal sudah membayar uang daftar yang harus diikhlaskan. Berhasil diterima di Smangi itu juga masih jauh karena sulitnya kendaraan umum untuk dijangkau harus berjalan kaki melewati sawah. Adapun sepeda motor milik bapak keadaanya sudah tua sering mogok terpaksa saya pakai dari pada tidak ada lagi. Dengan penuh dengan rasa malu atau gengsi saya mengendarainya selama satu tahun ditambah sering mengeluh.
Dengan demikian saya mengajukan pindah sekolah ke SMA Negeri 1 Garawangi yang lokasinya lebih dekat bisa dituju dengan berjalan kaki hanya beberapa menit. Niat sudah bulat mengajukannya kepada kepala sekolah bersama ibu dengan alasan-alasan seperti tadi. Tanggapan kepsek memberikan toleransi silahkan saja jika ingin pindah sekolah akan tetapi biaya dua kali lipat lebih mahal dari biaya awal masuk pendaftaran. Melihat keadaan saya kepsek merasa peduli dengan memberikan saran-saran dan menempatkan saya di Masjid sekolah sebagai tempat tinggal dengan syarat menjaga kebersihannya setiap hari dan tidak perlu membayar justru dibayar dengan menggratiskan uang SPP. Bersyukur dengan semua itu tanpa perlu memikirkan lagi motor yang sering mogok, uang bensin, uang SPP, tugas saya hanya belajar dengan sungguh-sungguh.
Kesungguhan itu dapat dipercaya untuk mengajar di sebuah Taman Pendidikan Anak (TPA) di dua tempat dalam waktu yang berbeda bersama teman saya yang bernama Yana dan Sanjaya bergantian apabila diantara kami ada yang aktivitas lain atau mengajar bersama bertiga. Sampai akhirnya mendekati Ujian Nasional Yana meminta untuk berhenti mengajar karena takut terganggu proses belajarnya sedangkan saya terus berlanjut hanya saja pas hari Ujian berhenti sebentar kemudian dilanjutkan kembali kepecayaan saya bertambah disuruh untuk mengajar ngaji secara privat di sebuah rumah dikarenakan anaknya tidak ingin belajar bersama ditambah manja, hal itu menjadi tugas saya untuk mengajarnya dan memberi arahan yang bermanfaat, walaupun harus penuh dengan kesabaran menghadapi anak yang susah diatur saya lakukan semua itu. Merasa sudah bisa membaca Al-Qur’an tingkat dasar orang tuanya meminta dialihkan untuk privat pelajaran umum yang ada di sekolah karena untuk pemantapan ujian yang akan dihadapi. Tidak disangka saya mendapatkan bayaran berupa uang sebagai jasa mengajar selain itu pula diberi jamuan dan makan. Dalam do’a saya selalu bersyukur atas sagala nikmat Allah yang selama ini rasakan.
Banyak prestasi yang diraih selama SMA masih mampu mempetahankan peringkat sepuluh besar. Peringkat yang diraih dari SD hingga SMA adalah peringkat ke-2 sampai ke-7, masih belum bisa menduduki peringkat pertama dan pernah turun prestasi yaitu peringkat ke-12 pada kelas satu SMP. Selain itu saya mengikuti ekstra kurikuler English Movement Club (kelompok penggerak bahasa Inggris) dan ekstra kurikuler Rohani Islam, dari ekstra kurikuler dan berbagai macam perlombaan saya banyak mendapatkan sertifikat berharga yang berhasil saya kumpulkan. Melihat perkembangan zaman yang sudah maju semua siswa memiliki handphone itu menjadi peluang saya untuk belajar berbisnis sambil sekolah, setidaknya saya bisa mengisi pulsa sendiri tanpa meminta ke orang tua. Ternyata bisnis pulsa semakin berkembang banyak pelanggan yang membeli walaupun sering dihutang. Hal itu perlu modal yang cukup, semakin lama pesat perkembangannya, saya promosikan ke teman-teman di Desa Ciangir dan responnya baik pula malahan dengan harga sedikit mahal karena di sana masih langka yang menjual pulsa.
Lulus SMA pada tahun 2011 dan tidak menyangka dari semua yang saya lakukan ternyata buah manis yang dipetik dari pohon sebagai keseriusan belajar dengan  kesempatan dapat bea siswa bidik misi yaitu gratis selama kuliah tanpa membayar sepeser pun justru maha siswa yang dibayar setiap bulannya sebesar Rp. 600.000,00. Dengan syarat selalu menempati peringkat sepuluh besar selama SMA, koleksi sertifikat, nilai rata-rata raport 75 ke atas, dan termasuk golongan orang yang tidak mampu secara ekonomi dengan surat keterangan tidak mampu dari desa.
 Pada mulanya saya berpikir pesimis bagaimana mungkin saya bisa kuliah biaya tidak punya. Kuliah  adalah salah satu impian saya, dan ketika ada banyak promosi dari dari berbagai universitas salah satunya program bidikmisi. Saya mencoba mendaftar melalui internet secara online bersama teman-teman ke berbagai universitas, saya memilih ke IAIN Cirebon karena perguruan tinggi yang berstatus negeri paling dekat supaya mudah dijangkau dan peluang kesempatan diterima lebih besar. Walaupun jurusan yang ditawarkan di IAIN hanya jurusan tertentu tidak bisa memilih bebas oleh calon maha siswa, itu tidak bermasalah bagi saya yang penting bisa menempuh pendidikan setinggi mungkin. Buktinya banyak yang mendaftar ke perguruan tinggi favorit dan memilih jurusan sesuai keinginan ternyata hasil pengumumannya banyak tidak diterima.
Setelah saya diterima di IAIN selanjutnya mencari tempat tinggal. Kebetulan guru SMA punya teman dosen yang mempunyai pondok pesantren modern Alma Asy-Syauqy, tidak salah juga saya mencoba merasakan tinggal di pesantren. Istilah pondok modern namun yang rasa rasakan adalah sebuah kost yang di dalamnya terdapat pembelajaran seperti yang ada di pesantren pada umumnya namun tidak selengkap yang ada di pondok pesantren salaf.
Jika melihat ke belakang dari sejak lahir tidak terpikirkan apa yang terjadi dengan mengandalkan kanan kiri banyak keahlian yang berkembang mulai dari menulis, melukis, mengendarai motor, bahkan memangkas rambut yang tidak semua orang bisa melakukan oleh orang yang memiliki tangan normal pun.  Bersyukur kepada Allah yang telah mempercayai saya untuk terus menggali ilmu di sebuah perguruan tinggi yaitu IAIN Syekh Nurjati Cirebon mengambil jurusan Tafsir Hadis samapai saat ini.
                                                       Sekian


BACA JUGA : MOTi EXPONENT
Jasa Rental Perlengkapan Event Seminar, Workshop, Launching, Wisuda, Partisi Pameran

0 comments: