Cintaku Seumur Farfum Pucelle
Oleh: Moelyha*
Berawal
dari satu tujuan, dua sahabat perkuliahan di IAIN
(Institut Agama Islam Negeri)
kota Cirebon. Sebut saja Johan dan Nitha, mereka masuk pada prodi yang sama
yaitu bahasa Arab. Johan yang masuk lebih awal dari Nitha hanya beda
satu tahun, namun tanpa sengaja mereka saling kenal, mereka
pun tinggal dalam satu asrama sehingga mereka setiap hari sering bertemu. Tidak
hanya itu merekapun masuk pada Unit Kegiatan Mahasiswa yang sama pula, dari
satu tujuan yang sama, setiap hari belajar bersama, jalan dan pergi bersama
yang menyebabkan mereka tumbuhnya rasa saling suka.
Pada suatu hari Johan tanpa sengaja bertemu Nitha di
perpustakaan, kebetulan Johan sedang membutuhkan pinjaman kartu perpustakaan
karena sudah penuh jatah peminjaman bukunya.
“Tha boleh gak aku pinjem kartu
perpusmu” tanya Johan.
“Tentu, kebetulan aku saja mengembalikan
buku” jawab Nitha.
Nitha pun meminjamkan kartu perpustakaan kepada Johan. Usai dari
perpustakaan mereka memutuskan untuk pulang bareng, namun sebelumnya Johan ngajak
Nitha ke Indomaret untuk membeli Parfum, bosan dengan parfum biasa dipake
laki-laki, Johan mencoba membeli parfum yang dipake wanita. Kemudian meminta Nitha
untuk memilihnya, dipilihlah parfum Pucelle.
Dari sejak itu, Johan terus memakai
parfum yang pernah dipilih Nitha untuknya. Tak lama kemudian tumbuh
benih cinta diantara mereka. Rasa penasaran Johan yang sering kali Nitha selalu
curi pandang curi perhatian. Dengan memberanikan diri Johan mengungkapkan perasaannya
pada malam hari melalui telepon celuler. Karena yang pernah dia alami ketika
mengungkapkan cinta melalui telepon selalu berhasil.
“Tha, dari pertama aku melihat kamu, aku
sudah merasakan sinyal pandangan pertama.” Ungkap Johan dengan penuh gugup.
“maksudnya apa ?” tanya Nitha.
Langsung saja, aku suka sama kamu,
sebenarnya tipe wanita sepertimu adalah jangka panjang, artinya tidak pantas
pacaran, namun rasa suka kepadamu tak bisa aku bendung, selanjutnya terserah
apa tanggapanmu” tambah Johan.
“Maaf untuk hal itu aku pernah merasakan
yang namanya pacaran, tapi yang namanya lelaki ujung-ujungnya mempermainkan wanita.”
Tanggap Nitha.
“Aku bukan tipe laki-laki seperti itu,
jika kamu mengingankan tahapan serius, aku siap menjalaninya.” Ungkap Johan
lagi.
“Iya aku paham, tapi aku tidak bisa
langsung jawab sekarang” kata Nitha.
Oke aku akan tunggu jawabanmu, dan satu
lagi nanti pagi tolong lihat ke atas asrama, ada sesuatu sebagai simbol aku
cinta kamu.
Pungkas Johan dengan harapan untuk bisa
diterima sebaga kekasih Nitha. Dengan segala upaya bahkan membuat sebuah
kreativitas karya seni. sementara Nitha terus memikirkan jawaban untuk Johan. Sebenarnya Nitha juga
ada perasaan suka, terbukti ketika bareng dengan wanita lain, Nitha merasa
cemburu, bahkan menghapus nomor Johan. Ketika dihubungipun Nitha tidak tahu
siapa karena tidak ada nama kontaknya. Waktu pagipun tiba, Nitha tak sabar
ingin melihat kejutan apa yang ingin ditunjukan Johan. Di atas asrama Johan
telah menunggu dengan menutup kreativitasnya terlebih dahulu. Sedatangnya Nitha
kemudian Johan membuka penutup perlahan hingga terlihat karya seni yang terbuat
dari barang bekas plastik yang membentuk tulisan “I LOVE U”. Nitha pun
tersenyum bersimpuh malu dengan menganggukan kepala. Tapi belum pasti apakah Nitha
menerimanya sebagai kekasih.
Malam berikutnya Nitha memberikan
jawaban melalui telpon pula.
“Aku tidak mau jadi pacarmu walakin ana uridu an akuna jaujataka.
Ungkap Nitha dengan tambahan bahasa Arab.
Kemudian Johan mengartikan bahwa Nitha ingin
jadi istrinya.
“Tha maksudnya apa ? kalau begitu berarti
kita harus menikah ?” tanya Johan.
“Kita jalani aja hubungan ini sebagai
sepasang kekasih, tapi dengan syarat tidak terlihat seperti pacaran melainkan
biasa aja seperti sebelumnya.”
“Oke kalau begitu aku siap, kalau kamu
tidak ingin dikatakan pacaran, aku anggap hubungan ini adalah tunangan, kita
jalani dengan serius dan komitmen seperti yang dikatakan kamu tadi turidina an takuni jaujati.”
Setelah mendengar jawaban dari Nitha,
Johan merasa bahagia harapannya tercapai, walaupun baru sebagai kekasih dan
tidak terlepas dari syarat yang diajukan Nitha. Begitu pula Nitha wajahnya
tampak bahagia diselimuti rasa bingung pula, tapi tidak ada salahnya Nitha
mencoba menjalaninya. Semenjak itu mereka anggap sebagai sepasang
kekasih dengan menyembunyikan status mereka dari teman-temannya, apalagi
kepada orang tuanya untuk sementara dirahasiakan dulu.
Dengan penuh komitmen Johan menjalani
hubungan dengan tidak terlalu menampakkan hubungan mereka, cukup komunikasi
melalui sms itupun jarang hanya jika ada keperluan saja. Namun yang namanya
cinta dapat melupakan segalanya termasuk janji, Nitha selalu sms duluan
menanyakan terus kabar Johan dengan segala basa-basi supaya bisa sms-an bahkan
teleponan seolah-olah Nitha yang memancingnya untuk lebih dekat. Panggilanpun
diganti dengan sebutan “kaka” kepada Johan
“Ka kenapa kalau malam jarang sms ?”
tanya Nitha.
“Bukan gitu tha, aku banyak aktivitas
jadi menghubungi kamu seperluya aja.” Jawab Johan.
“Tapi paling tidak sekali sehari aja
sms, supaya ada yang menemani walaupun di hp.” Tambah Nitha.
“Iya,,, iya,,,” kata Johan.
Johan merasa bingung akan janjinya tapi
dia juga merasa bersalah dengan tidak menanyakan kabar Nitha, Johanpun larut
dalam indahnya cinta, sehingga semenjak itu selalu sms-an, teleponan, bahakan
sering jalan bareng. Semenjak itu pula setiap pergi bareng Johan selalu memakai
parum Pucelle.
Tak lama kemudian, Johan pergi ke Pare
Jawa Timur untuk mengikuti kursus bahasa inggris yang merupakan salah satu
program bea siswa. Namun sebelum pergi Johan menyampaikan pesan kepada Nitha.
“Tha, aku akan pergi ke Pare selama dua
minggu, aku harap jangan sedih, terus belajar dan berdo’a. aku titip Al-Qur’an
ini untuk dibaca dan diamalkan dan aku minta tukeran poto untuk terasa lebih
dekat.” Pesan Johan.
“Iya, aku juga paham, kaka juga
hati-hati disana jaga diri baik-baik.” pesan Nitha.
Johanpun pergi dengan meninggalkan
Qur’an miliknya yang diberi pewangi parfum
pucelle.Selama dua minggu mereka terpisah namun komunikasi tetap berjalan,
bahkan Nitha sangat rindu dengan selalu menanyakan waktu pulang. Mereka ibarat
burung merpati yang dipisahkan sementara waktu ketika dipertemukan kembali akan
terasa lebih lengket. Begitu juga yang dirasakan antara Johan dan Nitha, ketika
tiba waktunya pulang mereka tambah dekat dengan mengganti panggilan kaka-ade
yang sebelumnya kaku gunta-ganti panggilan.
Setibanya di asrama mereka merasa bahagia
karena dapat bertemu kembali. Sebagai pelampiasan rasa kangen, mereka
mengadakan agenda pergi dan makan bareng. Bahkan Johan merasa sangat cinta
membelikan Nitha sebuah cincin hasil dari tabungannya dan sebagai bentuk
investasi pula. Semenjak itu mereka dalam status tunangan secara
sembunyi-sembunyi karena pihak dari kedua orang tua mereka tidak mengetahuinya.
Tanpa terasa hubungan mereka sudah
berjalan kurang lebih empat bulan. selama itu itu hubungan mereka baik-baik
saja tanpa ada masalah. Johan merasa dicintai pula, sering bergurau canda tawa
bahkan melewati batas yang tanpa disadari dapat menyakiti perasaan Nitha.
Selain itu Johan suka berpengang teguh dengan pendapatnya sementara Nitha tidak
setuju. Dengan mengadakan berbagai aturan seperti jadwal keseharian yang
membuat Nitha merasa tertekan. Dari semenjak itu Nitha mulai terasa tidak
nyaman bahkan sering menangis sendiri merasakan ada yang ganjil. Setelah
mengevaluasi diri Nitha merasa bersalah apa yang telah dilakukan. Sadar dengan
syarat awal bahwa dalam Islam tidak ada namanya pacaran walupun ada batasnya,
sadar dengan tujuan awalnya untuk terus belajar dan amanat orang tua untuk tidak
pacaran dulu.
Siang hari sebelum sholat jum’at, Nitha
memutuskan Johan
“Ka, sepertinya kita tidak bisa
meneruskan hubungan ini.” Ungkap Nitha.
“Maksudnya apa de ? ” tanya Johan.
“Kita jalani hubungan ini seperti biasa
lagi, kaka layaknya temen yang lain, tapi kalau kaka mengangap sebagai ade ya
silahkan.” Jawab Nitha
Lalu apa yang menyebabkan ade seperti
ini, selama empat bulan kita baik-baik saja, sekali ada masalah langsung pecah
seperti ini, bahkan kemaren malem baru bilang kata-kata cinta ?”
“Oke kita kembali pada syarat dan tujuan
kita di sini apa, untuk belajarkan ?”
“Tapi ade sendiri yang memancing begini,
sementara kaka berusaha berkomitmen.”
“Iya tapi yang namanya cinta dapat lupa
segalanya.”
\
“Apa salah kaka, berikan waktu untuk
memperbaiki diri.”
“Kaka gak bersalah, ade hanya ingin
sendiri dulu jadi kita jalani masing-masing please,.,.”
“Oke kaka beri dua pilihan, kita mulai
dari awal. Mulai dari awal ketika kaka mengungkpan rasa suka, atau mulai dari
awal kita baru kenal ?”
“Ade pilih mulai dari awal kita kenal,
jadi mohom maaf ya ka.. bila ini dapat menyakiti, tapi ini untuk kebaikan kita,
pasti ada hikmah yang terkandung dari semua ini.”
“Oke apapun keputusannya kaka hargai
itu.”
Semenjak itu mereka terlepas dari status
pasangan kekasih, cincin yang baru sebulan dikembalikan lagi, tunangan hanya
mimpi belaka hal itu karena Johan meremehkan yang namanya cinta. Semenjak itu
pula parfum yang setiap hari dipakai kini habis.
SEKIAN
*Mahasiswa Tafsir Hadits Semester V
BACA JUGA : MOTi EXPONENT
Jasa Rental Perlengkapan Event Seminar, Workshop, Launching, Wisuda, Partisi Pameran
BACA JUGA : MOTi EXPONENT
Jasa Rental Perlengkapan Event Seminar, Workshop, Launching, Wisuda, Partisi Pameran
0 comments:
Post a Comment