INTEGRASI
ANTARA ILMU AGAMA DAN ILMU UMUM
Oleh:
Moelyha Djati*
Siapa yang tidak kenal dengan sosok
wanita karir yang sukses ? wanita yang meraih prestasi pelajar terbaik dari
semenjak Sekolah Dasar hingga lulus S3. Ya betul ia adalah Ratna atau bernama
lengkap Ratna Puspitasari, M.Pd yang sekarang menjabat sebagai Sekertaris
Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial (T. IPS) di Institut Agama Islam Negeri
Syekh Nurjati Cirebon. Ratna lahir di Kabupaten Kudus Jawa Tengah pada tanggal
15 Desember 1972 dari pasangan suami istri Pak Suharto seorang Brimob dan Ibu
Suyati seorang perawat.
Karir pendidikanya dimulai dari
jenjang Sekolah Dasar Negeri 1 Panjunan Kulon di Kudus, Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) 3 Kudus, Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Kudus, kemudian melanjutkan ke Universitas
Dipenogoro Semarang mengambil Program Studi Ilmu Sejarah dengan menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Sejarah
Sosial Pasukan Komando Daerah Muria di
Kudus Masa Agresi Militer Dua” lulus pada tahun 1995, kemudian melanjutkan ke
Universitas Negeri Semarang mengambil
Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menyelesaikan thesis berjudul
“Etos Kerja Pekerja Batu Bata dan Pengaruhnya Terhadap Dilikuensi Sosial” lulus
pada tahun 2004, haus dengan ilmu ia pun
tidak berhenti sampai S2 (Strata 2) saja,
ia pun kemudian melanjutkan ke Universitas Pendidikan Indonesia di
Bandung mengambil Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menyelesaikan
disertasi berjudul “Kecakapan Berbasis Jender Dalam Pembelajaran Ilmu
pengetahuan Sosial di Jurusan Tadris IPS Syekh Nurjati Cirebon” lulusan tahun
2011. Selama menempuh pendidikannya ia berhasil menjadi pelajar terbaik mulai
dari Sekolah Dasar hingga S3 (Strata 3).
Ibu dari dua anak ini menikah dengan
seorang pelaut yang bernama Sugiono, SH pada tahun 2000. Sugiono yang merupakan
lulusan Fakultas Hukum Universitas Swadaya Gunung Jati sering berlayar keliling
dunia sebagai Praktisi Hukum Akuntan Laut. Sehingga anaknya pun diberi nama
Nice Ushaia, nama tersebut diangkat ketika Suaminya berlayar di daerah Ushaia,
Argentina tahun 2001. Begitu pula anaknya yang kedua bernama Muhammad Kent Zainudin,
nama tersebut diambil ketika suaminya berlayar di Zenudin, Selandia Baru.
Pemberian nama tersebut sengaja supaya dapat dikenang ketika ayahnya berlayar.
Sama halnya nama para imam muslim terdahulu namanya sesuai dengan daerah
dilahirkan. “bisa jadi nama anak saya Cirebon jika suami saya pada waktu itu
melaut di Cirebon” ujar dia dengan senda gurau.
Pengalaman organisasinya ia
mengikuti Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah dan lebih konsen di pendidikan perempuan
dan kesetaraan jender, Selulusnya dari S1 ia
langsung mengajar di SMP dan SMA Taman Siswa Ambarawa, SMA
Muhammadiyah Ambarawa, dan STM Maa’rif.
Ia mengajar sekaligus di empat sekolah karena sesuai dengan moto hidupnya “saya
datang, berjuang dan menang”. Hal itu beliau lakukan sebagai aplikasi dari ilmu
yang ia pelajari dan menambah penghasilan memperoleh honor yang pada waktu itu
tidak seberapa yang akhirnya berhasil lulus dari Universitas Negeri
Semarang pada tahun 2004 dan langsung
mengajar di IAIN Syekh Nurjati Cirebon sebagai dosen yang kemudian diangkat
sebagai Sekertaris Jurusan IPS hingga sekarang. Selain sebagai dosen di IAIN
syekh Nurjati Cirebon, ia pun aktif mengisi seminar-seminar nasional dan
internasional, salah satunya sebagai pemateri dalam acara Workshop Guru
dan Dosen Ilmu Pengetahuan Sosial
sedunia. Acara tersebut membahas perkembangan IPS rutin diselenggarakan setiap
tahunnya yang pada tahun 2012 diselenggarakan di Selayang Malaysia dan
perwakilan dari Indonesia yang mengirimkan enam orang, yang terakhir Indonesia
sebagai tuan rumah menyelenggarakan di Bandung 14 Nopember 2013.
Dari pengalaman organisasi dan
berbagai macam kegiatan yang pernah diikutinya, ia memberikan asumsi terhadap
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di IAIN. Ia sangat mendukung kegiatan
yang ada di UKM selama kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat untuk dirinya
sendiri khususnya, dan untuk orang lain pada umumnya. Karena setiap UKM yang
dipilih oleh mahasiswa pastinya disesuaikan dengan bakat yang dimiliki.
Sehingga diharapkan efek dari kegitan UKM dapat mengaplikasikn keahlian
mahasiswa yang dimiliki. Akan tetapi
tidak sedikit akibat dari terlalu aktif dalam organisasi mahasiswa mengabaikan
kuliahnya. Sehingga kuliah yang menjadi tujuan utama menjadi terbengkalai.
Akhirnya Sistem Kredit Semester (SKS)
yang ada pada suatu program studi tidak dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Namun hal tersebut kembali kepada mahasiswa bagaimana menyikapin UKM.
Yang terpenting adalah mahasiswa dapat mengatur waktu antara perkuliahan dan
kegiatan UKM.
Seorang dosen yang ramah tamah ini menaruh harapan besar kepada
IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Ia berpesan “Saya dari pendidikan umum tentunya
mengapresiasi dari kebijakan lembaga pengintegrasian antara ilmu agama dan ilmu
umum. sehingga melahirkan civitas akademis yang muhsin, tidak hanya muhsin
mahasiswanya saja dituntut untuk bisa memahami al-Quran sudah selayaknya dosen
dan karyawan mematuhi aturan-aturan
untuk menjadi muhsin sejati” ujar ia dengan penuh harapan.
“Kemudian setidaknya dengan itu
tidak ada lagi eksploitas keilmuan di IAIN yang kemudian ilmu agama lebih
mengenal persoalan-persoalan masyarakat yang mengkajinya dari aspek kelimuan
umum, yang umum menjadikan hidup lebih religius. Tujuan hidup yaitu hablu
minallah dan hablu minanas” tambahnya.
Menurut beliau apabila muhsin itu
tercapai, kita bisa memperoleh bahagia dunia dan akhirat. Ilmu agama merasa
lebih tinggi dan ilmu umum merasa lebih tahu sehingga terjadi mis komunikasi
yang dapat menjadikan antara ilmu agama
dan ilmu umum sulit diintegrasikan.
*Penulis adalah mahasiswa Tafsir
Hadis 5B Fakultas Addin IAIN SNJ Cirebon.
BACA JUGA : MOTi EXPONENT
Jasa Rental Perlengkapan Event Seminar, Workshop, Launching, Wisuda, Partisi Pameran
BACA JUGA : MOTi EXPONENT
Jasa Rental Perlengkapan Event Seminar, Workshop, Launching, Wisuda, Partisi Pameran
0 comments:
Post a Comment