اَÙ‡ْلاًÙˆَسَÙ‡ْلاً

Friday 2 January 2015

Ciremai tak Selebar Daun Kelor



CIREMAI TAK SELEBAR DAUN KELOR
Oleh: Moelyha Djati*


Dunia ini tak selebar daun kelor, pribahasa yang menunjukkan dua arti. Secara tekstual dunia ini sangat luas, sedangkan secara analogi menunjukkan motivasi bagi orang yang sedang mengalami putus asa. Kali ini penulis akan mengupas pribahasa ini secara tekstual, yang artinya bumi yang sekarang singgahi sangatlah luas. Berangkat dari sebuah lafadz fil ardhi yang disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 10054 kali (maktabah syamela). Secara bahasa kata fi menunjukan arti “dalam” dan ardi artinya “bumi”. Bila disambungkan bermakna “dalam bumi”, benarkah demikian ? Mari kita kaitkan dengan ilmu sains geografi dan fisika. Seperti yang kita ketahui bahwa unsur-unsur bumi terdiri dari endogen paling dalam yang mengandung magma, lapisan bumi dalam, disusul lapisan luar dan kerak bumi. Nah manusia berada di lapisan teratas kerak bumi berarti kita berada di atas permukaan bumi. Eits belum cukup sampai di sini, lapisan bumi ternyata masih ada lagi yaitu lapisan atmosfer yang melingkup menglilingi bumi ini. Karena bumi ini dilindungi oleh atmosfer dengan cara menghancurkan benda langit sebelum jatuh ke bumi. Secara tidak langsung kita berada di dalam bumi yang berlantaikan tanah dan beratapkan atmosfer. Hal ini menjadi suatu kajian untuk mentadaburi al-Qur’an dengan merenungkan dahsyatnya ciptaan Allah Swt.
Allah Maha Dahsyat, dengan kunfakun-Nya Dia, maka terbentuklah apapun yang dikehendaki. Atap bumi atau atmosfer akan bekerja dengan baik apabila pondasi buminya berfungsi baik pula. Kokohnya bumi karena adanya lintasan orbit bumi sehingga berotasi dengan baik, begitu pula bumi tertancap secara kuat karena adanya gunung yang berfungsi sebagai cerobong tempat keluarnya magma dari dalam bumi. Ribuan cerobong bumi ini terbentuk supaya stabilitas magma bekerja secara lancar. Salah satu cerobong bumi yang terdapat di Kabupaten Kuningan adalah Gunung Ciremai. Gunung ini merupakan daratan tertinggi di Jawa Barat dengan angka 3078 mdpl (Meter dari Permukaan Laut). Ciremai memiliki daya tarik tersendiri  banyak pengunjung ingin mendakinya baik dari wilayah lokal, nasional, bahkan internasional yang akhir-akhir ini terdengsar isu bahwa Ciremai dijual kepada Perusahaan Amerika Serikat (Chevron) senilai 60 Triliun. Suatu nilai yang sedikit dibandingkan dengan kekayaan alam yang terdapat pada gunung Ciremai ini. Maka kita selaku orang pribumi sudah saatnya untuk menjaga kekayaan Gunung ini.
Berdasarkan isu tersebut kita selaku orang pribumi ingin memantau keadaan gunung Ciremai, terlebih keadaan puncaknya. Pada 29 Desember 2014, Mahasiswa Graha IAIN Cirebon mencoba mendaki dengan bermodalkan fisik dan sedikit pengalaman. Sebelas orang terdiri dari Wandi (Ketua), Moelyha, Ipank, Hasdiman, Hasjamal, Sanuzi (Kuwu), Iskandar (Kayae), Satori, Bakri, Dedi, dan Aan. Kita mengambil jalur Palutungan, karena jalur ini lebih mudah dilalui dibandingkan jalur lainnya seperti Apuy dan Linggajati. semangat masih berkobar langkah demi langkah kita lalui tanpa terasa matahari mulai meredup dan Wandi mengambil alih untuk camp di Cigowong. Sengaja kita bermalam di Cigowong karena sumber air masih relatif banyak, mengalir seperti sungai kecil. Tanpa terasa matahari menampakkan dirinya, memberi semangat kepada kita untuk melanjutkan perjalanan, semakin lama semakin jauh jarak antara satu dengan yang lainnya, karena perjalanan ini telah menguras tenaga secara perlahan. Selain itu banyak tim lain dari berbagai daerah ingin melihat kawah secara langsung, sehingga kita berjalan tambah berjauhan terhalang oleh tim lain. Maka kita berinisiatif untuk mengambil sebuah kode suara untuk memanggil tim kita, yakni suara “domba” kode ini cukup efektif dan spesifik dibandingkan dengan kode “woy”  yang masih  umum belum tahu siapa orangnya.



Kode tersebut cukup berhasil sehingga tanpa terasa kita berada di leher gunung sebelum matahari terbenam. Goa Walet meerupakan tempat favorit untuk bermalam, karena di sini terdapat sumber air yang menetes dari atap goa. Walaupun tidak sebanyak yang mengalir seperti di Cigowong, tapi setidaknya air ini bisa digunakan berbagai keperluan untuk bertahan hidup. Semakin ke atas suhu udara semakin dingin, begitu pula apa yang dirasakan di Goa Walet, tetesan air seperti menusuk nusuk darah membeku. Sekitar lima derajat celcius, suhu yang kita rasakan, tiga lapis pakaian pun tetap terasa dingin. Malam pun tiba kita kembali beristirahat untuk menyiapkan tenaga mencapai puncak yang hanya tinggal 0,3 KM lagi. Pagi pun tiba, kita tim “Domb-A” bergegas mencapai puncak sebelum matahari terbit. dengan diiringi lagu penyemangat “One True Love”-Sami Yusuf, penulislah yang pertama menginjakkan kakinya di hari itu di antara puluhan pengunjung. Suatu kebanggaan bisa meraih puncak yang selama ini diimpikan. Memang tidak gampang untuk meraih suatu impian, banyak THR (Tantangan, Hambatan dan Rintangan) yang harus dilalui bahkan nyawa taruhannya. Tapi dengan kehendak Allah penulis bisa berdiri dan menyebut kebesaran-Nya di atas 3078 mdpl. 

Tak meninggalkan kesempatan begitu saja, kita semua mengabadikan momentum ini dengan mengambil gambar sepuasnya. Jeprat-jepret selama dua jam rasanya belum cukup juga, tapi apalah daya, gerimis dan kabut terus menyerang, sehingga kita diharuskan turun kembali, dengan berat hati kita kembali menuruni bukit yang terjang dan licin. Namun untuk jalur turun, berbeda dengan jalur berangkat, kali ini kita mengambbil jalur Linggajati. Walupun jalur ini curam dari pada jalur Palutungan, tapi kita mencoba melewatinya karena jalur ini lebih dekat. Ada yang unik pada perjalanan pulang ini, tenda dibawa dengan cara dilempar karena tidak ingin menambah beban. Tidak hanya itu penulis membuat nominasi Pelempar Tenda Terbaik sebagai pemicu semangat. Perjalanan pulang ini terasa lebih cepat cukup ditempuh satu hari, tapi pegelnya lebih terasa dibandingkan berangkat. Kurang lebih tiga hari kita mengarungi Gunung Ciremai, banyak pelajaran yang kita dapatkan. Selain untuk mentadaburi ciptaan Allah Swt juga sebagai statement, bahwa “Ciremai tak Selebar Daun Kelor” butuh perjuangan untuk menaklukannya.

#Save Ciremai
*Penulis adalah Grafic Designer di Moti Group



Jasa Rental Perlengkapan Seminar, Workshop, Launching, Partisi Pameran

0 comments: