CIREMAI TAK SELEBAR DAUN
KELOR
Oleh: Moelyha Djati*
Dunia
ini tak selebar daun kelor, pribahasa yang menunjukkan dua arti. Secara
tekstual dunia ini sangat luas, sedangkan secara analogi menunjukkan motivasi bagi
orang yang sedang mengalami putus asa. Kali ini penulis akan mengupas pribahasa
ini secara tekstual, yang artinya bumi yang sekarang singgahi sangatlah luas. Berangkat
dari sebuah lafadz fil ardhi yang disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak
10054 kali (maktabah syamela). Secara bahasa kata fi menunjukan arti “dalam”
dan ardi artinya “bumi”. Bila disambungkan bermakna “dalam bumi”,
benarkah demikian ? Mari kita kaitkan dengan ilmu sains geografi dan fisika.
Seperti yang kita ketahui bahwa unsur-unsur bumi terdiri dari endogen paling
dalam yang mengandung magma, lapisan bumi dalam, disusul lapisan luar dan kerak
bumi. Nah manusia berada di lapisan teratas kerak bumi berarti kita
berada di atas permukaan bumi. Eits belum cukup sampai di sini, lapisan
bumi ternyata masih ada lagi yaitu lapisan atmosfer yang melingkup menglilingi
bumi ini. Karena bumi ini dilindungi oleh atmosfer dengan cara menghancurkan
benda langit sebelum jatuh ke bumi. Secara tidak langsung kita berada di dalam
bumi yang berlantaikan tanah dan beratapkan atmosfer. Hal ini menjadi suatu
kajian untuk mentadaburi al-Qur’an dengan merenungkan dahsyatnya ciptaan Allah
Swt.
Allah
Maha Dahsyat, dengan kunfakun-Nya Dia, maka terbentuklah apapun yang
dikehendaki. Atap bumi atau atmosfer akan bekerja dengan baik apabila pondasi
buminya berfungsi baik pula. Kokohnya bumi karena adanya lintasan orbit bumi
sehingga berotasi dengan baik, begitu pula bumi tertancap secara kuat karena
adanya gunung yang berfungsi sebagai cerobong tempat keluarnya magma dari dalam
bumi. Ribuan cerobong bumi ini terbentuk supaya stabilitas magma bekerja secara
lancar. Salah satu cerobong bumi yang terdapat di Kabupaten Kuningan adalah
Gunung Ciremai. Gunung ini merupakan daratan tertinggi di Jawa Barat dengan
angka 3078 mdpl (Meter dari Permukaan Laut). Ciremai memiliki daya tarik
tersendiri banyak pengunjung ingin mendakinya
baik dari wilayah lokal, nasional, bahkan internasional yang akhir-akhir ini terdengsar
isu bahwa Ciremai dijual kepada Perusahaan Amerika Serikat (Chevron) senilai 60
Triliun. Suatu nilai yang sedikit dibandingkan dengan kekayaan alam yang
terdapat pada gunung Ciremai ini. Maka kita selaku orang pribumi sudah saatnya
untuk menjaga kekayaan Gunung ini.
Berdasarkan
isu tersebut kita selaku orang pribumi ingin memantau keadaan gunung Ciremai,
terlebih keadaan puncaknya. Pada 29 Desember 2014, Mahasiswa Graha IAIN Cirebon
mencoba mendaki dengan bermodalkan fisik dan sedikit pengalaman. Sebelas orang
terdiri dari Wandi (Ketua), Moelyha, Ipank, Hasdiman, Hasjamal, Sanuzi (Kuwu),
Iskandar (Kayae), Satori, Bakri, Dedi, dan Aan. Kita mengambil jalur Palutungan,
karena jalur ini lebih mudah dilalui dibandingkan jalur lainnya seperti Apuy
dan Linggajati. semangat masih berkobar langkah demi langkah kita lalui tanpa
terasa matahari mulai meredup dan Wandi mengambil alih untuk camp di
Cigowong. Sengaja kita bermalam di Cigowong karena sumber air masih relatif
banyak, mengalir seperti sungai kecil. Tanpa terasa matahari menampakkan
dirinya, memberi semangat kepada kita untuk melanjutkan perjalanan, semakin
lama semakin jauh jarak antara satu dengan yang lainnya, karena perjalanan ini
telah menguras tenaga secara perlahan. Selain itu banyak tim lain dari berbagai
daerah ingin melihat kawah secara langsung, sehingga kita berjalan tambah
berjauhan terhalang oleh tim lain. Maka kita berinisiatif untuk mengambil
sebuah kode suara untuk memanggil tim kita, yakni suara “domba” kode ini cukup
efektif dan spesifik dibandingkan dengan kode “woy” yang masih
umum belum tahu siapa orangnya.
Kode
tersebut cukup berhasil sehingga tanpa terasa kita berada di leher gunung
sebelum matahari terbenam. Goa Walet meerupakan tempat favorit untuk bermalam,
karena di sini terdapat sumber air yang menetes dari atap goa. Walaupun tidak
sebanyak yang mengalir seperti di Cigowong, tapi setidaknya air ini bisa
digunakan berbagai keperluan untuk bertahan hidup. Semakin ke atas suhu udara
semakin dingin, begitu pula apa yang dirasakan di Goa Walet, tetesan air
seperti menusuk nusuk darah membeku. Sekitar lima derajat celcius, suhu yang
kita rasakan, tiga lapis pakaian pun tetap terasa dingin. Malam pun tiba kita
kembali beristirahat untuk menyiapkan tenaga mencapai puncak yang hanya tinggal 0,3
KM lagi. Pagi pun tiba, kita tim “Domb-A” bergegas mencapai puncak sebelum matahari
terbit. dengan diiringi lagu penyemangat “One True Love”-Sami Yusuf, penulislah yang
pertama menginjakkan kakinya di hari itu di antara puluhan pengunjung. Suatu
kebanggaan bisa meraih puncak yang selama ini diimpikan. Memang tidak gampang
untuk meraih suatu impian, banyak THR (Tantangan, Hambatan dan Rintangan) yang
harus dilalui bahkan nyawa taruhannya. Tapi dengan kehendak Allah penulis bisa
berdiri dan menyebut kebesaran-Nya di atas 3078 mdpl.
Tak
meninggalkan kesempatan begitu saja, kita semua mengabadikan momentum ini
dengan mengambil gambar sepuasnya. Jeprat-jepret selama dua jam rasanya belum
cukup juga, tapi apalah daya, gerimis dan kabut terus menyerang, sehingga kita
diharuskan turun kembali, dengan berat hati kita kembali menuruni bukit yang
terjang dan licin. Namun untuk jalur turun, berbeda dengan jalur berangkat,
kali ini kita mengambbil jalur Linggajati. Walupun jalur ini curam dari pada
jalur Palutungan, tapi kita mencoba melewatinya karena jalur ini lebih dekat. Ada
yang unik pada perjalanan pulang ini, tenda dibawa dengan cara dilempar karena
tidak ingin menambah beban. Tidak hanya itu penulis membuat nominasi Pelempar
Tenda Terbaik sebagai pemicu semangat. Perjalanan pulang ini terasa lebih cepat
cukup ditempuh satu hari, tapi pegelnya lebih terasa dibandingkan berangkat.
Kurang lebih tiga hari kita mengarungi Gunung Ciremai, banyak pelajaran yang
kita dapatkan. Selain untuk mentadaburi ciptaan Allah Swt juga sebagai statement,
bahwa “Ciremai tak Selebar Daun Kelor” butuh perjuangan untuk menaklukannya.
#Save
Ciremai
*Penulis
adalah Grafic Designer di Moti Group
Jasa Rental Perlengkapan Seminar, Workshop, Launching, Partisi Pameran
0 comments:
Post a Comment