Naskah “Sejarah Jawa Barat” BR 32
A. Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Salah satu
peninggalan tertulis nenek moyang kita adalah naskah, yaitu tulisan tangan yang
dibuat di atas media yang ada pada saat itu, seperti lontar, dluwang, kertas eropa,
kulit kayu, bambu, tulang, dan sebagainya. Indonesia banyak memiliki
peninggalan naskah dari zaman dahulu yang tersimpan di berbagai
perpustakaan dan museum serta tempat lain. Naskah-naskah yang masih ada
sekarang ini masih disimpan dengan baik di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia atau pun di perpustakaan- perpustakaan lain di Indonesia. Selain
itu, banyak juga naskah yang disimpan di perpustakaan negara lain.
Keberadaan
sebuah naskah kuno menjadikan sebuah bukti atau peninggalan sejarah bagi tempat
di mana naskah itu ditemukan. Dimana sebuah naskah itu menjadi sebuah warisan
yang sangat berharga bagi generasi yang akan datang. Dengan adanya naskah bisa
dibuktikan bahwa dahulu di sebuah daerah ditemukannya naskah kemungkinan
terdapat sebuah sejarah yang benar adanya.
Berbicara
naskah kuno berarti berbicara sejarah, banyak hal yang perlu kita telusuri
secara flash back, salah satunya bapak
dari semua insane di dunia yaitu Nabi Adam. Nabi Adam adalah manusia pertama,
Anggapan seperti ini banyak diyakini oleh semua manusia di bumi ini. Memang
benar adanya bahwa Adam adalah manusia pertama di muka bumi ini yang diciptakan
oleh Tuhan sebagai seorang khalifah di bumi. Tidak hanya Islam yang mengakui
Adam sebagai manusia pertama, tetapi agama samawi lainya pun mengakui hal itu.[1]
Asal
usul Nabi Adam memang banyak diceritakan dalam kitab-kitab umat beragama
terutama agama samawi. Kisah-kisah tersebut menjadi hal yang menarik untuk
dibahas karena dapat menjadi sebuah bahan pembelajaran bagi kita selaku
keturunan Nabi adam yang ditugaskan sebagai khalifah di muka bumi.
Berangkat
dari QS.
Al-Hijr [15] :26 al-Qur’an sebagai pedoman Islam turut andil dalam menanggapi
kisah Nabi Adam ini. Ayat ini mengisahkan tentang asal-usul Nabi Adam tercipta dari
tanah kering dengan Maha Kuasa-Nya Allah Swt. “Kunfayakun” mudahnya bagi
Allah Swt terciptalah Nabi Adam tersebut. Kehadiran Nabi membuat golongan jin
gelisah, dengan angkuhnya jin karena merasa paling benar sehingga jin berusaha mengkelabui
Adam supaya terlena dalam buaian jin yang licik tersebut.
Kaitannya
dengan naskah yang berjudul “Sejarah Jawa Barat” terdapat sebuah cerita mengenai proses
penciptaan Nabi Adam dan sejarahnya sampai Nabi Adam itu diturunkan ke bumi dan
terdapat silsilahnya yang bermuara ke keturunan yang ada di cirebon Jawa Barat.
Dalam teks dikatakan :
“…..allah
ta’ala maka ginawi adam tapel manusa ing sawarga anging ora/ mobah lan ora
mosik maka Allah ta’ala angandika fanafahtumin/ruhi tegese sun tiyupaken nyawa
nisun maring anak Adam….”
(teks
halaman 2 baris ke 7-9)
teks
tersebut berbicara bahwa Allah menciptakan Nabi Adam di surga sebagai
penyeimbang dan Allah meniupkan ruh pada jasad Nabi Adam. Sehingga cerita
mengenai kisah Nabi Adam tidak hanya terdapat dalam kitab-kitab suci saja, akan
tapi terdapat pula dalam sebuah naskah kuno.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas dengan didasari
permasalaah pada paragraf terakhir maka muncul permasalahan.
a.
Bagaimana
proses penciptaan Nabi Adam dalam naskah “Sejarah Jawa Barat” dalam wilayah
kajian Filologi ?
b.
Bagaimana
kaitannya naskah “Sejarah Jawa Barat” dalam al-Qur’an dan ilmu-ilmu lain ?
3.
Tujuan
Penelitian
Sejalan dengan
perumusan masalah dalam penelitian, penulis memiliki maksud dan tujuan baik
bersifat ilmiah maupun akademis.
Sehubungan dengan
rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk menelaah
tentang naskah “Sejarah Jawa Barat” dalam wilayah kajian Filologi dan dikaitkan
dengan ilmu tafsir dan ilmu lainnya.
4.
Kegunaan
Penelitian
Adapun kegunaan
dari penelitian ini:
Kegunaan
secara teoritis, untuk memperkaya khazanah keilmuan tentang naskah “Sejarah
Jawa Barat” dalam wilayah kajian Filologi dan dikaitkan dengan ilmu tafsir.
Kegunaan
secara aplikatif, sebagai konstribusi pemikiran serta bahan rujukan bagi
peneliti selanjutnya dan masyarakat sosial untuk menyelesaikan permasalahan
permasalahan yang berkenaan dengan masalah yang dibahas dalam naskah “Sejarah Jawa
Barat”.
5.
Metode
Penelitian
Metodologi penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk
menemukan atau memperoleh data yang diperlukan.[2] Untuk
memperoleh informasi dan data yang valid, maka penulis menggunakan metode
pengumpulan data secara kualitatif, data-data dikumpulkan melalui
literatur-literatur yang terkait dengan pembahasan sejarah penciptaan Nabi Adam.
Penulisan penilitian ini menggunakan pendekatan filologi dalam mengkaji naskah.
Filologi merupakan pengetahuan mengenai sastra, bahasa, dan kebudayaan. Salah
satu fungsinya untuk meneliti bahasa yang terkandung dalam teks kuno.[3]
Selain itu penulis berusaha mengkombinasikan dengan pendekatan Tafsir
al-Qur’an. Tafsir merupakan ilmu yang berusaha mengungkap makna ayat-ayat yang
terdapat dalam al-Qur’an.
6.
Teknik
pengumpulan data
Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:
Penelitian
kepustakaan yaitu sumber data primer berupa naskah “Sejarah jawa Barat” yang
diunduh dari website Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI)
dalam format PDF.[4]
Naskah tersebut dianalisis dengan cara alih aksara, alih bahasa kemudian
dideskripsikan menjadi kalimat baku yang utuh sehingga mudah dipahami.
Berikutnya
berupa data sekunder, yaitu data-data yang memberikan penjelasan mengenai data
primer dan menguatkan data primer yang mencakup buku-buku, dokumen resmi dan
hasil penelitian yang berbentuk laporan.
Analisis
data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori,
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan data.[5]Analisis
juga dapat menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan
diinterpretasikan.[6]
B. Deskripsi Naskah
1.
Deskripsi Fisik
Deskripsi fisik naskah “Sejarah Jawa Barat” yaitu
sebagai berikut :
Naskah sejarah Jawa Barat berada di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia Jakarta dengan nomor Br.32 yang berhasil diunduh
dari website PNRI dalam bentuk PDF. Sekelumit website ini menerangkan
bahwa, naskah ini berukuran 16.5 cm x20.5 cm, terdiri dari 24 halaman namun sedikitnya
ada satu halaman yang kosong yaitu halaman 21. Jumlah baris setiap halaman
tidak konsisten Setiap halaman dominan 14 baris, setiap halaman ada yang mempunyai lebih dari
14 baris dan ada yang kurang dari 14 baris. Adapun yang memiliki 14 baris setia
halaman yaitu halaman 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 18, 19, 20, 22, dan 23.
Sedangkan yang memiliki 16 baris setiap halaman yaitu halaman
10,11,12,13,14,15,16, dan 17. Terakhir halaman 24 yang hanya memiliki 4 baris.
Huruf naskah ini yaitu huruf Arab (pegon) berbahasa jawa. Terdapat cacatan
pinggir dan tidak memakai tanda baca.
Naskah ini berbentuk prosa, kondisi naskah ini masih baik dengan
dibungkus cover yang bukan aslinya agar terjaga dengan baik Kertas yang
digunakan yaitu jenis eropa karena terlihat lebih halus. Akan tetapi naskah ini
tidak ditemukan “water-mark” pada
kertasnya, karena ada kendali dalam menarawang dalam bentuk PDF. Tulisan
arabnya bagus dan bisa terbaca dengan jelas, hurufnya besar dan memakai tanda
baca. Pemakaian tanda baca terkadang ada yang salah. Isi naskah ini berisi
sebuah cerita sejarah yang diawali dengan penciptaan Nabi Adam dan silsilahnya
sampai pada keturunannya yang ada di Jawa Barat. Pada bagian akhir naskah tidak
ditemukan adanya “kolofon” .
2.
Deskripsi isi
Naskah Sejarah Jawa Barat,
terdapat dalam website di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI).
Naskah ini berisi mengenai sebuah cerita yang dibagi dalam dua tema pokok,
yaitu pertama membahas mengenai proses penciptaan Nabi Adam menjadi manusia,
kedua Sejarah Jawa Barat dan silsilahnya dari Nabi Adam sampai keturunannya di
Cirebon.
Naskah
ini pada halaman awal menceritakan mengenai awal mulanya dunia ini diciptakan.
Menurut naskah dalam proses penciptaan alam semesta dilakukan melalui beberapa
fase. Pada mulanya dunia ini diciptakan ketika belum ada satupun makhluk hidup
yang ada hanya zat Allah fase ini disebut laata’yun
terus fase kedua yaitu a’yan tsabitah pada fase ini Tuhan
mempunyai kehendak untuk menciptakan sesuatu berupa ruh yang ada di alam arwah.
Ruh pertama yang diciptakan oleh Allah bernama ruh idhope, kemudian dari ruh inilah pecah menjadi empat ruh yang lain
dan sebagai sumber kehidupan bagi yang lainnya. Ruh yang pertama yang keluar
dari kaki sebagai sumber ruh bagi bumi, kayu, batu, laut, gunung dan yang
lainnya. Selanjutnya ruh yang kedua yang keluar dari perut sebagai sumber ruh
bagi a’ras, surga, neraka, bulan, bintang, matahari. Kemudian ruh yang ke tiga
keluar dari dada sebagai sumber ruh bagi jin, malaikat, dan manusia. Dan
terakhir ruh yang keempat keluar dari kepala sebagai sumber bagi ruhnya para
Nabi. Dari keempat ruh itu ruh idhope lah
yang menjadi pemimpin dan menjadi pengaturnya.
Allah
kemudian menyuruh Malaikat Jibril untuk mengambil tanah dari tujuh langit, api
dari neraka, air dari surga, angin dari angkasa. Setelah itu lalu Allah
menciptakanlah bumi dan seisinya dengan berkata kun fayaakun maka jadilah semuanya mulai dari langit, bumi,
matahari, bulan, bintang, laut, gunung, dan semua yang ada di bumi. Kemudian
Allah menciptakan Nabi Adam sebagai penyeimbang dengan terlebih dahulu menyuruh
Malaikat Jibril mengambilkan tanah yang berasal dari tujuh langit. Lalu Allah
meniupkan ruh pada jasad Nabi Adam serta menjadikan mata untuk melihat, hidung
untuk mencium, telinga untuk mendengar, mulut untuk merasakan.
Setelah
terciptanya Nabi Adam semua penghuni surga diperinthakan oleh Allah untuk bersujud
kepada Nabi Adam kecuali Dajal. Dia tidak mau sujud sehingga dia dikutuk oleh
Allah. Namun Dajal meminta permintaan kepada Allah untuk diberikan kebebasan
untuk menggangu anak cucu Adam kelak di dunia. Kemudian Allah mengabulkan
permintaannya itu.
Pada
suatu waktu Nabi Adam merasa kesepian dan memohon kepada Allah untuk diberikan
seorang teman, lalu Allah menciptakanlah hawa yang diciptakan dari perut
kirinya Nabi Adam. Setelah itu Allah melarang Nabi Adam dan Hawa untuk tidak
memakan buah khuldi. Namun ketika itu datanglah dajal yang menggoda Nabi
Adam dan Hawa untuk memakan buah khuldi. Nabi Adam dan waha tergoda oleh
rayuan Dajal dan memakan buah khuldi itu. Setelah itu Nabi Adam dan Hawa
di turunkan ke bumi oleh Allah karena kesalahanya itu. Setelah empat puluh hari
berpisah maka dipertemukan kembali oleh Allah.
Adapun
rinciannya, yaitu (Hlm.1-20). Kanjeng Nabi Adam turun-temurun sampai Pangeran
Sumedang dan Pajajaran. Dimulai dari Tapel Adam dan diakhiri dengan anak cucu
raja Sunda bubar dari Pajajaran karena diusir oleh ayahnya. Disebutkan dalam
naskah ini, bahwa Pajajaran mi'raj pada hari Selasa, tanggal 14 Sapar, tahun
Jimakir. Yang ditinggalkan dua orang putera, yaitu Pucuk Umum dan Sekar Mandapa
Duwi. Kemudian Pucuk Umum diserang raja dari timur, Pajajaran kalah. Ratu Sekar
Mandapa lari ke Gunung Gede, bertapa dan berguru kepada Ajar Sukarsa. Ratu
Sekar Mandapa akhirnya mempunyai seorang puteri yang cantik parasnya bernama
Taruna Gagang diambil sebagai isteri Pangeran Jakarta. (Hlm. 22-24). Dimulai
dari putera Siliwangi yang lahir dari Padnawati bernama Ranggamenteri,
berputera Adipati Kuningan dan Ratu Desalarang, diceriterakan turun temurun
sampai silsilah Cerbon, sampai yang terakhir Pangeran Sabakingking Banten.
3. Kandungan dalam Naskah “Sejarah Jawa Barat”
Kandungan pokok yang terdapat dalam naskah “Sejarah
Jawa Barat” yaitu Proses penciptaan alam dunia, Proses
penciptaan ruh, Proses penciptaan Nabi Adam, dan Sejarah Jawa Barat dari
Pangeran Sumedang dan Pajajaran serta silsilah Nabi Adam sampai pada
keturunannya di Cirebon.
Dari
keempat pokok bahasan di atas penulis terfokus hanya pada proses penciptaan
Nabi adam, namun sedikit disinggung mengenai penciptaan ruh dan alam dunia.
C. Kontekstualisasi
1.
Persfektif Tafsir al-Qur’an
Dalam hal ini penulis mencoba mengkontektualisasikan
teks yang membahas mengenai sejarah Nabi Adam dalam perspektif tafsir
al-Qur’an.
“Dan Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk. dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam)
dari api yang sangat panas.” (QS. Al-Hijr [15] :26)
Dalam kata pembuka ini, Allah menyebutkan perbedaan dua tabiat
ntara shalshal tanah liat kering (yang berasal dari lumpur hitam dan naar
api yang diberi kata sifat “sangat panas”. Selanjutnya kita akan
mengetahui bahwa tabiat manusia yang tanah itu dimasuki unsure baru yaitu
tiupan roh dari Allah. Sedangkan tabiat setan tetap api panas.[7]
Dalam proses penelitian bongkar pasang teori dan penemuan adalah
hal yang wajar. Tetapi apapun yang dihasilkan oleh penelitian ilmiah tidak akan
mengubah substansi informasi awal al-Qur’an . informasi awal itu adalah bahwa
saripati tanah berasal dari unsur tanah dan dalam tahap penciptaan, ada air
yang bercampur dengan tanah.[8]
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah [2] : 29)
Marilah kita perhatikan kisah Nabi
Adam, sebagaimana disebutkan di sini, dengan bingkai penjelasannya. Konteksnya,
sebagaimana dikatakan di muka adalah
menampilkan parade kehidupan, bahkan parede alam wujud secara keseluruhan.
Kemudian membicarakan bumi, dalam rangka menampakan nikmat-nikmat Allah kepada
manusia, dan menetapkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi
ini untuk manusia. Di sini, dalam suasana ini, datanglah kisah penciptaan Adam
untuk menjadi khalifah di bumi, dan diberikan kepadanya kunci-kuncinya menurut
perjanjian dan persyaratan dari Allah, serta diberinya pengetahuan untuk
menjalankan kekhalifahan ini. Seperti didahulunya pembicaraan tentang pemberian
kedudukan (kekhalifahan) kepada Bani Israel di muka bumi dengan perjanjian
Allah, kemudian dilepaskannya mereka dari kekhalifahan ini dan diserahkannya
kunci-kuncinya kepada umat muslim yang menunaikan perjanjian Allah (sebagaimana
akan disebutkan). Dengan demikian, sangat relavanlah pemaparan kisah ini dengan
suasana yang melatarbelakanginya.
Karena itu, marilah kita sempatkan
hidup beberapa lama bersama kisah manusia pertama dengan pengarahan-pengarahan
penting yang ada di balik kisah ini. Nah, sekarang kita dengan pandangan mata
hati, berada dalam lapangan mahluk yang tinggi. Di sini, pertama-tama kita
dengar dan kita lihat kisah manusia pertama.
“ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.”
Kalau begitu, ini adalah kehendak
luhur , yang hendak menyerahkan pengendalian bumi ini kepada mahluk yang baru.
Dan diserahkan kepadanya pelaksanaan
kehendak Sang Maha Pencipta di dalam menciptakan dan mengadakan, menguraikan
dan menyusun, memutar dan memutar. Dan menggali apa yang ada di bumi, baik
berpa kekuatan, potensi, kandungan bahan-bahan mentahya. Serta, menundukan
semuanya itu dengan izin Allah, untuk tugas besar yang diserahkan Allah
kepadanya.
Kalau begitu, Dia telah memberikan
banyak potensi kepada mahluk baru ini, telah memberinya persiapan-persiapan
memadai yang tersimpan di dalam bumi ini yang berupa kekuatan-kekuatan dan
potensi-potensi, perbendaharaan-perbendaharaan dan bahan-bahan mentah, dan
diberinya kekuatan tersembunyi yang dapat merealisasikan kehendak ilahiah.
Ini adalah kedudukan yang tinggi
bagi manusia dalam tatanan alam wujud di atas bumi yang luas ini. Dan ini
adalah kemuliaan yang dikehendaki untuknya oleh sang pencipta Yang Mahamulia.[9]
Hal ini juga ternyata muncul dalam naskah Sejarah
Jawa Barat. Dimana di naskah itu terdapat teks yang menyangkut kosmologi antara
lain:
“…..ruh
idzopi/ iku den arane bapa babuning sakehe ruh maka allah ta’ala/ ngandika kun
fayakun maka gumelar kabeh bumi langit lintang wulan// sarangenge sagara gunung
kawetu kang ana kabeh iku….. “
( Naskah halaman 1 baris ke 12- 14)
ruh
idzopi itu dinamakan bapak pengasuh
di sebanyaknya ruh maka allah ta’ala berkata kun fayakun maka jadilah semua bumi langit bintang bulan matahari laut gunung.
“…..maka
Allah ta’ala ngandika maring jabaril/ hai jabaril lungaha sira nerus maring
pitung langit amita sira/ lemah putih saking kasuciyaning sun maka lunga
ngambil lemah saco/ lokotoken lan geni saking naraka lan banyu saking sawarga
lan/ angin saking awang….”
( Naskah halaman 2 baris ke 2-5)
Allah
berkata kepada Jibril, hai Jibril pergilah kamu ke tujuh langit mengambil tanah
suci, air dari surga, api dari neraka, udara dari angkasa.
2. Persfektif
Tasawuf
Mistisisme
dalam islam diberi nama tasawuf atau sering di sebut oleh kaum orintalis barat
dengan istilah sufism. Kata sufism ini khusus digunakan oleh kaum orintalis
barat untuk mistisisme islam.[10]
Tasawuf
atau sufism mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan
Tuhan, sehingga disadari benar bahwa sesorang berada di khadirat Tuhan.
Intisari dari mistisisme ialah kesadaran terhadap adanya komunikasi atau dialog
antara roh manusia dengan Tuhan melalui kontemplasi dan mengasingkan diri.[11]
Ilmu
Tasawuf yaitu ilmu tentang kesucian
diri secara lahir dan batin untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah
guna mencapai makrifat Allah[12]
tasawuf atau sufism mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang muslim dapat
berada sedekat mungkin dengan Allah swt.
Dalam naskah sejarah jawa barat juga terdapat teks
yang menyangkut tasawuf, yaitu :
“ Hadza
purwaning jagat kang gumelar kabeh tatkala wong awang durung/ ana sawiji
laata’yun arane goibulguyub arane naktu goib/ arane iku maka ana kersa ana kang
kinersakaken den arane a’yan/ tsabitah arane maka ana warna ana rupa den arane
alam arwah ruh / idzope maka pinecah dadi papat ruhing seriwisa wesi manusa/
den arane alam misal maka ruh idzope iku pinadeng dining pangeran/ maka metu
cahaya saking sikil maka dadi suhing bumi kayu watu/sagara gunung maka metu
satitis saking wetenge maka dadi/ ruhing a’ras kursi loh kalam sawarga naraka
wulan lintang/ syarangenge maka metus satitis saking dadane maka dadi ruhing/
jin malaikat manusa maka metu satitis saking sirah dadi/ ruhing para nabi
sakatirung laksa patang iwu karana ruh idzopi/iku den arane bapa babuning
sakehe ruh maka allah ta’ala/ngandika kun fayakun maka gumelar kabeh bumi
langit lintang wulan// “
( Naskah halaman 1 baris 1-14 )
Dalam
teks ini di terangkan proses penciptaan alam semesta dilakukan melalui beberapa
fase. Pada mulanya dunia ini di ciptakan ketika belum ada satupun makhluk hidup
yang ada hanya zat Allah fase ini di sebut laata’yun
terus fase kedua yaitu a’yan tsabitah pada fase ini tuhan
mempunyai kehendak untuk meniptakan sesuatu berupa ruh yang ada di alam arwah.
Ruh pertama yang diciptakan oleh Allah bernama ruh idhope, kemudian dari ruh inilah pecah menjadi empat ruh yang lain
dan sebagai sumber kehidupan bagi yang lainnya. Ruh yang pertama yang keluar
dari kaki sebagai sumber ruh bagi bumi, kayu, batu, laut, gunung dan yang
lainnya. Selanjutnya ruh yang kedua yang keluar dari perut sebagai sumber ruh
bagi a’ras, surga, neraka, bulan, bintang, matahari. Kemudian ruh yang ke tiga
keluar dari dada sebagai sumber ruh bagi jin, malaikat, dan manusia. Dan
terakhir ruh yang keempat keluar dari kepala sebagai sumber bagi ruhnya para
Nabi. Dari keempat ruh itu ruh idhope lah
yang menjadi pemimpin dan menjadi pengaturnya.maka Allah berkata kun fayakun maka jadilah bumi, langit,
bulan, bintang.
D. Penutup
Dari
pembahasan-pembahasan di atas penulis mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa dalam
sebuah sebuah naskah yang merupakan hasil karya sastra zaman dulu itu terdapat
sebuah pembelajaran yang sangat berharga, karena disamping memiliki nilai
sejarah yang tinggi sebuah naskah juga memiliki aspek-aspek keilmuan
didalamnya.
Dalam
naskah jawa barat sendiri yang terbagi dalam beberapa tema pokok terdapat
beberapa aspek keilmuan yang ada diantaranya ada aspek tafsir, dan aspek
tasawuf yang dibahas oleh penulis. Dimana dalam teks itu ada aspek yang
membahas mengenai proses penciptaan alam semesta dan proses penciptaan manusia
pertama yaitu Nabi Adam. Dalam proses penciptaan alam semesta dilakukan dengan
beberapa fase dimana fase itu diawali dengan istilah masa laa ta’yun, a’yan tsabitah, alam arwah atau ruh, setelah itu
terciptalah ruh idhopi dari ruh idhopi itulah pecah menjadi empat ruh yang
masing-masing keluar dari kaki, perut, dada, dan kepala. Ruh yang keluar dari
kaki itu menjadi ruh-ruhnya bumi, kayu, batu, laut, dan gunung. Ruh yang keluar
dari perut itu menjadi a’ras,surga,
neraka, bulan, bintang, dan matahari. Sedangkan ruh yang keluar dari dada
menjadi ruhnya jin, malaikat, dan manusia. lalu terakhir ruh yang keluar dari
kepala menjadi runya para Nabi.
E. Lampiran
6.1.Suntingan
Naskah Nusantara- PNRI Br.32 Sejarah Jawa Barat
Pertanggungjawaban
Transliterasi
Untuk
memudahkan pembaca mengetahui isi naskah maka penulis melakukan
penandaan-penandaan tersendiri,diantaranya:
1.
Tanda garis
miring tunggal ( / ) digunakan untuk menandai batas baris.
2.
Tanda garis
miring ganda ( // ) digunakan untuk menandai batas halaman.
3.
huruf miring
digunakan untuk menuliskan istilah asing.
Contoh
: fanafahtuminruhi
4.
Kata-kata atau
kalimat yang digarisbawahi merupakan rubrikasi dalam naskah.
Contoh
: Hadza purwaning jagat
5.
Nomor halaman
naskah ditulis di samping kiri teks.
6.
Huruf kapital
digunakan pada awal kalimat, nama tempat, dan kata sapaan.
7.
Kata-kata yang
tidak diketahui artinya di cetak tebal.
8.
Tanda [ ]
mengapit huruf dalam kata yang kehadirannya dihilangkan pada proses
transliterasi.
9.
Tanda ( ) mengapit
huruf dalam kata yang ditambahkan pada proses transliterasi
Contoh:
C[a](i)r(e)bon
BACA JUGA : MOTi EXPONENT
Jasa Rental Perlengkapan Seminar, Workshop, Launching, Wisuda, Partisi Pameran
[1] Soedjipto Abimayu, Babad Tanah Jawi, cet 2 (Jogjakarta:
Laksana, 2013), hal 48
[2]
Irawan Soebantono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Rosda Karya,
1996), hal.9.
[3] Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi,
cet 3 (Jakarta: Yayasan Media Alo
Indonesia, 2007), hal 16
[4]
Kailan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta:
Paaradigma, 2005), hal.138.
[5]Nana Sudjana dan
Ahwal Kusuma, Proposal Penelitian: di perguruan tinggi (Bandung: Sinar
Baru Aldasindo, 2000), hal.103.
[6]Masri
Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta:
Pustaka LP3ES); 263.
[7] Sayyid
Quthb, Tafsir Fizhilalil Quran dibawah naungan Al-Qur’an, ditejemahkan oleh
As’ad Yasin, Abdul Azis Salim Basyarahil, Muchotob hamzah, Jakarta, Gema Insani
Press, 2000, Cet 1, Hal. 136
[8] Ibid.,
hal 137.
[9] Ibid.,
hal. 67
[10] Ibid, hal 43
[11] Ibid,.
0 comments:
Post a Comment