اَهْلاًوَسَهْلاً

Friday, 26 December 2014

Naskah “Sejarah Jawa Barat” BR 32



Naskah “Sejarah Jawa Barat” BR 32
A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Salah satu peninggalan tertulis nenek moyang kita adalah naskah, yaitu tulisan tangan yang dibuat di atas media yang ada pada saat itu, seperti lontar, dluwang, kertas eropa, kulit kayu, bambu, tulang, dan sebagainya. Indonesia banyak memiliki peninggalan naskah dari zaman dahulu yang tersimpan di berbagai perpustakaan dan museum serta tempat lain. Naskah-naskah yang masih ada sekarang ini masih disimpan dengan baik di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia atau pun di perpustakaan- perpustakaan lain di Indonesia. Selain itu, banyak juga naskah yang disimpan di perpustakaan negara lain.
Keberadaan sebuah naskah kuno menjadikan sebuah bukti atau peninggalan sejarah bagi tempat di mana naskah itu ditemukan. Dimana sebuah naskah itu menjadi sebuah warisan yang sangat berharga bagi generasi yang akan datang. Dengan adanya naskah bisa dibuktikan bahwa dahulu di sebuah daerah ditemukannya naskah kemungkinan terdapat sebuah sejarah yang benar adanya.
Berbicara naskah kuno berarti berbicara sejarah, banyak hal yang perlu kita telusuri secara  flash back, salah satunya bapak dari semua insane di dunia yaitu Nabi Adam. Nabi Adam adalah manusia pertama, Anggapan seperti ini banyak diyakini oleh semua manusia di bumi ini. Memang benar adanya bahwa Adam adalah manusia pertama di muka bumi ini yang diciptakan oleh Tuhan sebagai seorang khalifah di bumi. Tidak hanya Islam yang mengakui Adam sebagai manusia pertama, tetapi agama samawi lainya pun mengakui hal itu.[1]

Asal usul Nabi Adam memang banyak diceritakan dalam kitab-kitab umat beragama terutama agama samawi. Kisah-kisah tersebut menjadi hal yang menarik untuk dibahas karena dapat menjadi sebuah bahan pembelajaran bagi kita selaku keturunan Nabi adam yang ditugaskan sebagai khalifah di muka bumi.
Berangkat dari QS. Al-Hijr [15] :26 al-Qur’an sebagai pedoman Islam turut andil dalam menanggapi kisah Nabi Adam ini. Ayat ini mengisahkan tentang asal-usul Nabi Adam tercipta dari tanah kering dengan Maha Kuasa-Nya Allah Swt. “Kunfayakun” mudahnya bagi Allah Swt terciptalah Nabi Adam tersebut. Kehadiran Nabi membuat golongan jin gelisah, dengan angkuhnya jin karena merasa paling benar sehingga jin berusaha mengkelabui Adam supaya terlena dalam buaian jin yang licik tersebut.
Kaitannya dengan naskah yang berjudul “Sejarah Jawa Barat”  terdapat sebuah cerita mengenai proses penciptaan Nabi Adam dan sejarahnya sampai Nabi Adam itu diturunkan ke bumi dan terdapat silsilahnya yang bermuara ke keturunan yang ada di cirebon Jawa Barat. Dalam teks dikatakan :
 “…..allah ta’ala maka ginawi adam tapel manusa ing sawarga anging ora/ mobah lan ora mosik maka Allah ta’ala angandika fanafahtumin/ruhi tegese sun tiyupaken nyawa nisun maring anak Adam….”  
(teks halaman 2 baris ke 7-9)
teks tersebut berbicara bahwa Allah menciptakan Nabi Adam di surga sebagai penyeimbang dan Allah meniupkan ruh pada jasad Nabi Adam. Sehingga cerita mengenai kisah Nabi Adam tidak hanya terdapat dalam kitab-kitab suci saja, akan tapi terdapat pula dalam sebuah naskah kuno.

2.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dengan didasari permasalaah pada paragraf terakhir maka muncul permasalahan.
a.       Bagaimana proses penciptaan Nabi Adam dalam naskah “Sejarah Jawa Barat” dalam wilayah kajian Filologi ?
b.      Bagaimana kaitannya naskah “Sejarah Jawa Barat” dalam al-Qur’an dan ilmu-ilmu lain ?
3.      Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah dalam penelitian, penulis memiliki maksud dan tujuan baik bersifat ilmiah maupun akademis.
Sehubungan dengan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk menelaah tentang naskah “Sejarah Jawa Barat” dalam wilayah kajian Filologi dan dikaitkan dengan ilmu tafsir dan ilmu lainnya.
4.      Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini:
Kegunaan secara teoritis, untuk memperkaya khazanah keilmuan tentang naskah “Sejarah Jawa Barat” dalam wilayah kajian Filologi dan dikaitkan dengan ilmu tafsir.
Kegunaan secara aplikatif, sebagai konstribusi pemikiran serta bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya dan masyarakat sosial untuk menyelesaikan permasalahan permasalahan yang berkenaan dengan masalah yang dibahas dalam naskah “Sejarah Jawa Barat”.

5.      Metode Penelitian
Metodologi penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan.[2] Untuk memperoleh informasi dan data yang valid, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data secara kualitatif, data-data dikumpulkan melalui literatur-literatur yang terkait dengan pembahasan sejarah penciptaan Nabi Adam. Penulisan penilitian ini menggunakan pendekatan filologi dalam mengkaji naskah. Filologi merupakan pengetahuan mengenai sastra, bahasa, dan kebudayaan. Salah satu fungsinya untuk meneliti bahasa yang terkandung dalam teks kuno.[3] Selain itu penulis berusaha mengkombinasikan dengan pendekatan Tafsir al-Qur’an. Tafsir merupakan ilmu yang berusaha mengungkap makna ayat-ayat yang terdapat dalam al-Qur’an.

6.      Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:
Penelitian kepustakaan yaitu sumber data primer berupa naskah “Sejarah jawa Barat” yang diunduh dari website Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) dalam format PDF.[4] Naskah tersebut dianalisis dengan cara alih aksara, alih bahasa kemudian dideskripsikan menjadi kalimat baku yang utuh sehingga mudah dipahami.
Berikutnya berupa data sekunder, yaitu data-data yang memberikan penjelasan mengenai data primer dan menguatkan data primer yang mencakup buku-buku, dokumen resmi dan hasil penelitian yang berbentuk laporan.
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data.[5]Analisis juga dapat menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan.[6]
B.     Deskripsi Naskah
1.      Deskripsi Fisik
Deskripsi fisik naskah “Sejarah Jawa Barat” yaitu sebagai berikut :
Naskah sejarah Jawa Barat berada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Jakarta dengan nomor Br.32 yang berhasil diunduh dari website PNRI dalam bentuk PDF. Sekelumit website ini menerangkan bahwa, naskah ini berukuran 16.5 cm x20.5 cm, terdiri dari 24 halaman namun sedikitnya ada satu halaman yang kosong yaitu halaman 21. Jumlah baris setiap halaman tidak konsisten Setiap halaman dominan 14 baris,  setiap halaman ada yang mempunyai lebih dari 14 baris dan ada yang kurang dari 14 baris. Adapun yang memiliki 14 baris setia halaman yaitu halaman 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 18, 19, 20, 22, dan 23. Sedangkan yang memiliki 16 baris setiap halaman yaitu halaman 10,11,12,13,14,15,16, dan 17. Terakhir halaman 24 yang hanya memiliki 4 baris. Huruf naskah ini yaitu huruf Arab (pegon) berbahasa jawa. Terdapat cacatan pinggir dan tidak memakai tanda baca.  Naskah ini berbentuk prosa, kondisi naskah ini masih baik dengan dibungkus cover yang bukan aslinya agar terjaga dengan baik Kertas yang digunakan yaitu jenis eropa karena terlihat lebih halus. Akan tetapi naskah ini tidak ditemukan “water-mark” pada kertasnya, karena ada kendali dalam menarawang dalam bentuk PDF. Tulisan arabnya bagus dan bisa terbaca dengan jelas, hurufnya besar dan memakai tanda baca. Pemakaian tanda baca terkadang ada yang salah. Isi naskah ini berisi sebuah cerita sejarah yang diawali dengan penciptaan Nabi Adam dan silsilahnya sampai pada keturunannya yang ada di Jawa Barat. Pada bagian akhir naskah tidak ditemukan adanya “kolofon” .

2.      Deskripsi isi
Naskah Sejarah Jawa Barat, terdapat dalam website di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI). Naskah ini berisi mengenai sebuah cerita yang dibagi dalam dua tema pokok, yaitu pertama membahas mengenai proses penciptaan Nabi Adam menjadi manusia, kedua Sejarah Jawa Barat dan silsilahnya dari Nabi Adam sampai keturunannya di Cirebon.
Naskah ini pada halaman awal menceritakan mengenai awal mulanya dunia ini diciptakan. Menurut naskah dalam proses penciptaan alam semesta dilakukan melalui beberapa fase. Pada mulanya dunia ini diciptakan ketika belum ada satupun makhluk hidup yang ada hanya zat Allah fase ini disebut laata’yun terus fase  kedua yaitu a’yan tsabitah pada fase ini Tuhan mempunyai kehendak untuk menciptakan sesuatu berupa ruh yang ada di alam arwah. Ruh pertama yang diciptakan oleh Allah bernama ruh idhope, kemudian dari ruh inilah pecah menjadi empat ruh yang lain dan sebagai sumber kehidupan bagi yang lainnya. Ruh yang pertama yang keluar dari kaki sebagai sumber ruh bagi bumi, kayu, batu, laut, gunung dan yang lainnya. Selanjutnya ruh yang kedua yang keluar dari perut sebagai sumber ruh bagi a’ras, surga, neraka, bulan, bintang, matahari. Kemudian ruh yang ke tiga keluar dari dada sebagai sumber ruh bagi jin, malaikat, dan manusia. Dan terakhir ruh yang keempat keluar dari kepala sebagai sumber bagi ruhnya para Nabi. Dari keempat ruh itu ruh idhope lah yang menjadi pemimpin dan menjadi pengaturnya.
Allah kemudian menyuruh Malaikat Jibril untuk mengambil tanah dari tujuh langit, api dari neraka, air dari surga, angin dari angkasa. Setelah itu lalu Allah menciptakanlah bumi dan seisinya dengan berkata kun fayaakun maka jadilah semuanya mulai dari langit, bumi, matahari, bulan, bintang, laut, gunung, dan semua yang ada di bumi. Kemudian Allah menciptakan Nabi Adam sebagai penyeimbang dengan terlebih dahulu menyuruh Malaikat Jibril mengambilkan tanah yang berasal dari tujuh langit. Lalu Allah meniupkan ruh pada jasad Nabi Adam serta menjadikan mata untuk melihat, hidung untuk mencium, telinga untuk mendengar, mulut untuk merasakan.
Setelah terciptanya Nabi Adam semua penghuni surga diperinthakan oleh Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam kecuali Dajal. Dia tidak mau sujud sehingga dia dikutuk oleh Allah. Namun Dajal meminta permintaan kepada Allah untuk diberikan kebebasan untuk menggangu anak cucu Adam kelak di dunia. Kemudian Allah mengabulkan permintaannya itu.
Pada suatu waktu Nabi Adam merasa kesepian dan memohon kepada Allah untuk diberikan seorang teman, lalu Allah menciptakanlah hawa yang diciptakan dari perut kirinya Nabi Adam. Setelah itu Allah melarang Nabi Adam dan Hawa untuk tidak memakan buah khuldi. Namun ketika itu datanglah dajal yang menggoda Nabi Adam dan Hawa untuk memakan buah khuldi. Nabi Adam dan waha tergoda oleh rayuan Dajal dan memakan buah khuldi itu. Setelah itu Nabi Adam dan Hawa di turunkan ke bumi oleh Allah karena kesalahanya itu. Setelah empat puluh hari berpisah maka dipertemukan kembali oleh Allah.         
Adapun rinciannya, yaitu (Hlm.1-20). Kanjeng Nabi Adam turun-temurun sampai Pangeran Sumedang dan Pajajaran. Dimulai dari Tapel Adam dan diakhiri dengan anak cucu raja Sunda bubar dari Pajajaran karena diusir oleh ayahnya. Disebutkan dalam naskah ini, bahwa Pajajaran mi'raj pada hari Selasa, tanggal 14 Sapar, tahun Jimakir. Yang ditinggalkan dua orang putera, yaitu Pucuk Umum dan Sekar Mandapa Duwi. Kemudian Pucuk Umum diserang raja dari timur, Pajajaran kalah. Ratu Sekar Mandapa lari ke Gunung Gede, bertapa dan berguru kepada Ajar Sukarsa. Ratu Sekar Mandapa akhirnya mempunyai seorang puteri yang cantik parasnya bernama Taruna Gagang diambil sebagai isteri Pangeran Jakarta. (Hlm. 22-24). Dimulai dari putera Siliwangi yang lahir dari Padnawati bernama Ranggamenteri, berputera Adipati Kuningan dan Ratu Desalarang, diceriterakan turun temurun sampai silsilah Cerbon, sampai yang terakhir Pangeran Sabakingking Banten.

3.      Kandungan dalam Naskah “Sejarah Jawa Barat”
Kandungan pokok yang terdapat dalam naskah “Sejarah Jawa Barat” yaitu Proses penciptaan alam dunia, Proses penciptaan ruh, Proses penciptaan Nabi Adam, dan Sejarah Jawa Barat dari Pangeran Sumedang dan Pajajaran serta silsilah Nabi Adam sampai pada keturunannya di Cirebon.
Dari keempat pokok bahasan di atas penulis terfokus hanya pada proses penciptaan Nabi adam, namun sedikit disinggung mengenai penciptaan ruh dan alam dunia.

C.    Kontekstualisasi
1.      Persfektif Tafsir al-Qur’an
Dalam hal ini penulis mencoba mengkontektualisasikan teks yang membahas mengenai sejarah Nabi Adam dalam perspektif tafsir al-Qur’an.

“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS. Al-Hijr [15] :26)
Dalam kata pembuka ini, Allah menyebutkan perbedaan dua tabiat ntara shalshal tanah liat kering (yang berasal dari lumpur hitam dan naar api yang diberi kata sifat “sangat panas”. Selanjutnya kita akan mengetahui bahwa tabiat manusia yang tanah itu dimasuki unsure baru yaitu tiupan roh dari Allah. Sedangkan tabiat setan tetap api panas.[7]
Dalam proses penelitian bongkar pasang teori dan penemuan adalah hal yang wajar. Tetapi apapun yang dihasilkan oleh penelitian ilmiah tidak akan mengubah substansi informasi awal al-Qur’an . informasi awal itu adalah bahwa saripati tanah berasal dari unsur tanah dan dalam tahap penciptaan, ada air yang bercampur dengan tanah.[8]

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah [2] : 29)

Marilah kita perhatikan kisah Nabi Adam, sebagaimana disebutkan di sini, dengan bingkai penjelasannya. Konteksnya, sebagaimana dikatakan  di muka adalah menampilkan parade kehidupan, bahkan parede alam wujud secara keseluruhan. Kemudian membicarakan bumi, dalam rangka menampakan nikmat-nikmat Allah kepada manusia, dan menetapkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi ini untuk manusia. Di sini, dalam suasana ini, datanglah kisah penciptaan Adam untuk menjadi khalifah di bumi, dan diberikan kepadanya kunci-kuncinya menurut perjanjian dan persyaratan dari Allah, serta diberinya pengetahuan untuk menjalankan kekhalifahan ini. Seperti didahulunya pembicaraan tentang pemberian kedudukan (kekhalifahan) kepada Bani Israel di muka bumi dengan perjanjian Allah, kemudian dilepaskannya mereka dari kekhalifahan ini dan diserahkannya kunci-kuncinya kepada umat muslim yang menunaikan perjanjian Allah (sebagaimana akan disebutkan). Dengan demikian, sangat relavanlah pemaparan kisah ini dengan suasana yang melatarbelakanginya.
Karena itu, marilah kita sempatkan hidup beberapa lama bersama kisah manusia pertama dengan pengarahan-pengarahan penting yang ada di balik kisah ini. Nah, sekarang kita dengan pandangan mata hati, berada dalam lapangan mahluk yang tinggi. Di sini, pertama-tama kita dengar dan kita lihat kisah manusia pertama.
ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Kalau begitu, ini adalah kehendak luhur , yang hendak menyerahkan pengendalian bumi ini kepada mahluk yang baru. Dan diserahkan kepadanya pelaksanaan  kehendak Sang Maha Pencipta di dalam menciptakan dan mengadakan, menguraikan dan menyusun, memutar dan memutar. Dan menggali apa yang ada di bumi, baik berpa kekuatan, potensi, kandungan bahan-bahan mentahya. Serta, menundukan semuanya itu dengan izin Allah, untuk tugas besar yang diserahkan Allah kepadanya.
Kalau begitu, Dia telah memberikan banyak potensi kepada mahluk baru ini, telah memberinya persiapan-persiapan memadai yang tersimpan di dalam bumi ini yang berupa kekuatan-kekuatan dan potensi-potensi, perbendaharaan-perbendaharaan dan bahan-bahan mentah, dan diberinya kekuatan tersembunyi yang dapat merealisasikan kehendak ilahiah.
Ini adalah kedudukan yang tinggi bagi manusia dalam tatanan alam wujud di atas bumi yang luas ini. Dan ini adalah kemuliaan yang dikehendaki untuknya oleh sang pencipta Yang Mahamulia.[9]
Hal ini juga ternyata muncul dalam naskah Sejarah Jawa Barat. Dimana di naskah itu terdapat teks yang menyangkut kosmologi antara lain:
“…..ruh idzopi/ iku den arane bapa babuning sakehe ruh maka allah ta’ala/ ngandika kun fayakun maka gumelar kabeh bumi langit lintang wulan// sarangenge sagara gunung kawetu kang ana kabeh iku….. “
    ( Naskah halaman 1 baris ke 12- 14)

ruh idzopi itu dinamakan bapak pengasuh di sebanyaknya ruh maka allah ta’ala berkata kun fayakun maka jadilah semua bumi langit bintang bulan matahari laut gunung.
“…..maka Allah ta’ala ngandika maring jabaril/ hai jabaril lungaha sira nerus maring pitung langit amita sira/ lemah putih saking kasuciyaning sun maka lunga ngambil lemah saco/ lokotoken lan geni saking naraka lan banyu saking sawarga lan/ angin saking awang….”
            ( Naskah halaman 2 baris ke 2-5)

Allah berkata kepada Jibril, hai Jibril pergilah kamu ke tujuh langit mengambil tanah suci, air dari surga, api dari neraka, udara dari angkasa.




2.      Persfektif Tasawuf
Mistisisme dalam islam diberi nama tasawuf atau sering di sebut oleh kaum orintalis barat dengan istilah sufism. Kata sufism ini khusus digunakan oleh kaum orintalis barat untuk mistisisme islam.[10]
Tasawuf atau sufism mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa sesorang berada di khadirat Tuhan. Intisari dari mistisisme ialah kesadaran terhadap adanya komunikasi atau dialog antara roh manusia dengan Tuhan melalui kontemplasi dan mengasingkan diri.[11]
Ilmu Tasawuf yaitu ilmu tentang kesucian diri secara lahir dan batin untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah guna mencapai makrifat Allah[12] tasawuf atau sufism mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang muslim dapat berada sedekat mungkin dengan Allah swt.
Dalam naskah sejarah jawa barat juga terdapat teks yang menyangkut tasawuf, yaitu :
Hadza purwaning jagat kang gumelar kabeh tatkala wong awang durung/ ana sawiji laata’yun arane goibulguyub arane naktu goib/ arane iku maka ana kersa ana kang kinersakaken den arane a’yan/ tsabitah arane maka ana warna ana rupa den arane alam arwah ruh / idzope maka pinecah dadi papat ruhing seriwisa wesi manusa/ den arane alam misal maka ruh idzope iku pinadeng dining pangeran/ maka metu cahaya saking sikil maka dadi suhing bumi kayu watu/sagara gunung maka metu satitis saking wetenge maka dadi/ ruhing a’ras kursi loh kalam sawarga naraka wulan lintang/ syarangenge maka metus satitis saking dadane maka dadi ruhing/ jin malaikat manusa maka metu satitis saking sirah dadi/ ruhing para nabi sakatirung laksa patang iwu karana ruh idzopi/iku den arane bapa babuning sakehe ruh maka allah ta’ala/ngandika kun fayakun maka gumelar kabeh bumi langit lintang wulan// “
( Naskah halaman 1 baris 1-14 )

Dalam teks ini di terangkan proses penciptaan alam semesta dilakukan melalui beberapa fase. Pada mulanya dunia ini di ciptakan ketika belum ada satupun makhluk hidup yang ada hanya zat Allah fase ini di sebut laata’yun terus fase  kedua yaitu a’yan tsabitah pada fase ini tuhan mempunyai kehendak untuk meniptakan sesuatu berupa ruh yang ada di alam arwah. Ruh pertama yang diciptakan oleh Allah bernama ruh idhope, kemudian dari ruh inilah pecah menjadi empat ruh yang lain dan sebagai sumber kehidupan bagi yang lainnya. Ruh yang pertama yang keluar dari kaki sebagai sumber ruh bagi bumi, kayu, batu, laut, gunung dan yang lainnya. Selanjutnya ruh yang kedua yang keluar dari perut sebagai sumber ruh bagi a’ras, surga, neraka, bulan, bintang, matahari. Kemudian ruh yang ke tiga keluar dari dada sebagai sumber ruh bagi jin, malaikat, dan manusia. Dan terakhir ruh yang keempat keluar dari kepala sebagai sumber bagi ruhnya para Nabi. Dari keempat ruh itu ruh idhope lah yang menjadi pemimpin dan menjadi pengaturnya.maka Allah berkata kun fayakun maka jadilah bumi, langit, bulan, bintang.
D.    Penutup
Dari pembahasan-pembahasan di atas penulis mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa dalam sebuah sebuah naskah yang merupakan hasil karya sastra zaman dulu itu terdapat sebuah pembelajaran yang sangat berharga, karena disamping memiliki nilai sejarah yang tinggi sebuah naskah juga memiliki aspek-aspek keilmuan didalamnya.
Dalam naskah jawa barat sendiri yang terbagi dalam beberapa tema pokok terdapat beberapa aspek keilmuan yang ada diantaranya ada aspek tafsir, dan aspek tasawuf yang dibahas oleh penulis. Dimana dalam teks itu ada aspek yang membahas mengenai proses penciptaan alam semesta dan proses penciptaan manusia pertama yaitu Nabi Adam. Dalam proses penciptaan alam semesta dilakukan dengan beberapa fase dimana fase itu diawali dengan istilah masa laa ta’yun, a’yan tsabitah, alam arwah atau ruh, setelah itu terciptalah ruh idhopi dari ruh idhopi itulah pecah menjadi empat ruh yang masing-masing keluar dari kaki, perut, dada, dan kepala. Ruh yang keluar dari kaki itu menjadi ruh-ruhnya bumi, kayu, batu, laut, dan gunung. Ruh yang keluar dari perut itu menjadi a’ras,surga, neraka, bulan, bintang, dan matahari. Sedangkan ruh yang keluar dari dada menjadi ruhnya jin, malaikat, dan manusia. lalu terakhir ruh yang keluar dari kepala menjadi runya para Nabi.
E.     Lampiran
6.1.Suntingan Naskah Nusantara- PNRI Br.32 Sejarah Jawa Barat
Pertanggungjawaban Transliterasi
Untuk memudahkan pembaca mengetahui isi naskah maka penulis melakukan penandaan-penandaan tersendiri,diantaranya:
1.      Tanda garis miring tunggal ( / ) digunakan untuk menandai batas baris.
2.      Tanda garis miring ganda ( // ) digunakan untuk menandai batas halaman.
3.      huruf miring digunakan untuk menuliskan istilah asing.
Contoh : fanafahtuminruhi
4.      Kata-kata atau kalimat yang digarisbawahi merupakan rubrikasi dalam naskah.
Contoh : Hadza purwaning jagat
5.      Nomor halaman naskah ditulis di samping kiri teks.
6.      Huruf kapital digunakan pada awal kalimat, nama tempat, dan kata sapaan.
7.      Kata-kata yang tidak diketahui artinya di cetak tebal.
8.      Tanda [ ] mengapit huruf dalam kata yang kehadirannya dihilangkan pada proses transliterasi.
9.      Tanda ( ) mengapit huruf dalam kata yang ditambahkan pada proses transliterasi
Contoh: C[a](i)r(e)bon


BACA JUGA : MOTi EXPONENT
Jasa Rental Perlengkapan Seminar, Workshop, Launching, Wisuda, Partisi Pameran


[1] Soedjipto Abimayu, Babad Tanah Jawi, cet 2 (Jogjakarta: Laksana, 2013), hal 48
[2] Irawan Soebantono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Rosda Karya, 1996), hal.9.
[3] Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, cet 3  (Jakarta: Yayasan Media Alo Indonesia, 2007), hal 16
[4] Kailan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta: Paaradigma, 2005), hal.138.
[5]Nana Sudjana dan Ahwal Kusuma, Proposal Penelitian: di perguruan tinggi (Bandung: Sinar Baru Aldasindo, 2000), hal.103.
[6]Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: Pustaka LP3ES); 263.

[7] Sayyid Quthb, Tafsir Fizhilalil Quran dibawah naungan Al-Qur’an, ditejemahkan oleh As’ad Yasin, Abdul Azis Salim Basyarahil, Muchotob hamzah, Jakarta, Gema Insani Press, 2000, Cet 1, Hal. 136
[8] Ibid., hal 137.
[9] Ibid., hal. 67
[10] Ibid, hal 43
[11] Ibid,.
[12] Kbbi offline.1.1 http://ebsoft.web.id/

0 comments: