SEPAK BOLA ALA SANTRI
Kebersamaan antar santripun dapat tercipta, bahkan kiyainya pun apabila penggemar sepak bola akan mendukung santrinya bermain sebagai ajang menumbuhkan bakat olah raga di pesantren. Tidak hanya paham ilmu agama namun pandai pula dalam mengolah si kulit bundar.
Seperti yang dikisahkan dalam sejarah bahwa KH. Abdullah Syathori yang merupakan pendiri Pesantren Dar at-Tauhid Arjawinagun, dia adalah ulama yang mahir bermain sepak bola. Pada waktu akan dinikahkan dengan Putri KH. Hasyim Asy’ari dia menolak dengan alasan tawadhu. Dia mencari alasan supaya tidak jadi dinikahkan, akhirnya berlari bermain sepak bola yang merupakan hal yang tidak disukai oleh KH. Hasyim Asy’ari.
Bila dianalogikan dalam kehidupan bahwa kita hidup perlu adanya kerja sama untuk mencapai tujuan hidup. perbedaan yang ada merupakan warna dari kehidupan. Hal tersebut dirancang oleh Maha Pencipta dituntut untuk saling bahu membahu mengarah pada jalan yang benar. Eksistensi manusia sebagai mahluk individu dan sosial mempunyai peran yang baku. Sebagai mahluk individu manusia harus mengerti karakter pribadinya dan sebagai mahluk sosial manusia harus dapat memahami perbedaan karakter orang lain supaya terjalin hubungan kerja sama seperti yang diterapkan dalam sepak bola. Selain itu kita harus tetap loyal dalam menuntut ilmu sebagai bekal dalam menyikapi derasnya aliran kehidupan.
Evolusi kehidupan terus berjalan selama bumi ini berputar, sikap yang harus kita anut adalah tetap berjuang dalam kondisi apapun. Seperti yang diaplikasikan para santri bersepak bola, mereka tetap menikmati asyiknya permainan walaupun kostum yang mereka gunakan sarung dan tanpa alas kaki selama rotasi waktu permainan belum berhenti. Kalah menang hal yang biasa karena bola kehidupan pasti berputar, namun hal yang harus kita sikapi bagaimana caranya kita dapat memutarkan bola tersebut ke arah gawang kemenangan. Maka dari itu tetaplah menjadi insan yang berguna bagi orang lain dengan selalu berikhtiar mencari ilmu sehingga terciptanya kehidupan sosial yang relavan.
Analogi lain yang terkandung bahwa Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan tidak luput dari kesalahan, hal yang wajar setiap hari pasti adanya sebuah kasus yang tidak diinginkan, karena manusia dirancang mahluk yang netral. Tergantung manusia yang mengambil tindakan ke arah yang baik atau buruk. Konsekwensi dari melakukan kesalahan pasti dia akan mendapatkan sanksi. Sama halnya yang hukuman yang diterapkan sepak bola santri, mereka yang kalah menerima hukuman sebagai balasan karena mereka melakukan kesalahan yang membuat timnya kalah.
Sudah tidak asing lagi dengan olah raga
terpopuler di era modern ini, oleh raga yang membutuhkan strategi dan kerja
sama dengan mempermainkan sebuah kulit bundar yang ditendang ke sana kemari di
area rumput hijau, olah raga apakah itu? tidak lain, tidak bukan yaitu sepak
bola.
Bibit tumbuhnya sepak bola berawal dari tentara China yang berlatih
dengan menggunakan bola kulit yang digiring ke dalam sebuah jaring sekitar abad
ke-2 SM. Kemudian dikembangkan oleh bangsa Inggris melalui jalur perdagangan ke
belahan dunia hingga terkenal seperti yang saat ini.
Bagitu banyak manfaat yang dirasakan dari
olahraga sepak bola ini, sudah tentu bagi para pemain akan merasakan
kesehatanya. Bagi para penonton atau penggemar, mereka dapat terhibur dengan
aksi-aksi gol cantik dan merasakan kebersamaan dengan acara nonton bareng. Sehingga dapat dikatakan sepak bola adalah olah raga
yang menciptakan rasa kebersamaan.
Hampir semua orang mengenal oleh raga sepak
bola, mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dan orang tua. Dan tentunya tidak
membedakan antara kaum laki-laki dan perempuan bahkan di abad 20 ini telah diselesenggarakan
sepak bola untuk perempuan yang sudah diterapkan negara bagian Eropa dan
Amerika. Selain itu hampir semua profesi menggemari olahraga yang berjumlah
sebelas pemain setiap regunya. Baik itu atlet, pelajar, guru, pegawai, musisi,
pejabat, bahkan penjahat kelas elitpun. Begitu pula kaum santri tidak
ketinggalan dengan olah raga sepak bola ini.
Santri yang identik dengan belajar al-Qur’an,
hafalan hadis dan kitab lainnya yang sering dikatakan jadul (ketinggalan zaman).
Tapi tidak pada era modern ini, santri juga sudah dapat mengenal dunia
luar. seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat sehingga
santripun dapat mengakses informasi terkait ilmu agama, sosial dan olah raga.
Sehingga di sela-sela waktu kosong mereka dapat bermain sepak bola.
Cukup unik permainan sepak bola yang dterapkan
oleh para santri. Pada umumnya pemain sepak bola dengan memakai kaos, kolor dan
sepatu. Lain halnya dengan para santri justru mereka bermain dengan memakai
kaos, sarung, dan tidak memakai alas kaki. Mereka sengaja dengan memakai sarung
karena sudah menjadi tradisi ke manapun mereka pergi harus memakai sarung.
Memang cukup ribet karena sarung seperti dengan rok, akan tetapi para
santri menyiasatinya dengan meninggikan gulungan sarung sehingga dapat bermain
secara leluasa. Tapi di sisi lain ada keuntungan bagi penjaga gawang ketika
bola mengarah kepadanya dan melewati ke tengah antara kedua kakinya, bola
dengan mudah ditangkap karena bola menyangkut di sarung tersebut. Bola yang
digunakannya pun terbuat dari plastik sehingga para santri dengan mudah
memainkannya.
Ada hukuman bagi regu yang mengalami kekalahan,
apabila kalah satu gol mereka harus melepaskan sebelah lengan kaosnya, kemudian
apabila menambah menjadi dua gol kedua lengan kaosnya dilepas sehingga kaos
hanya menyangkut pada lehernya saja, dan apabila menambah menjadi tiga gol
mereka harus melepaskan kaosnya. Dan apabila dapat membalasnya baru mereka bisa
memakai kaosnya kembali. Selain daripada itu apabila jumlah pemain terlalu
banyak mereka membaginya menjadi tiga regu, jika mengalami kekalahan harus
berhenti sejenak, diganti regu yang lain dan dan mendapatkan hukuman tadi
sebagai konsekuensi kekalahan.
Kebersamaan antar santripun dapat tercipta, bahkan kiyainya pun apabila penggemar sepak bola akan mendukung santrinya bermain sebagai ajang menumbuhkan bakat olah raga di pesantren. Tidak hanya paham ilmu agama namun pandai pula dalam mengolah si kulit bundar.
Seperti yang dikisahkan dalam sejarah bahwa KH. Abdullah Syathori yang merupakan pendiri Pesantren Dar at-Tauhid Arjawinagun, dia adalah ulama yang mahir bermain sepak bola. Pada waktu akan dinikahkan dengan Putri KH. Hasyim Asy’ari dia menolak dengan alasan tawadhu. Dia mencari alasan supaya tidak jadi dinikahkan, akhirnya berlari bermain sepak bola yang merupakan hal yang tidak disukai oleh KH. Hasyim Asy’ari.
Ada makna yang terkandung dalam sebuah permainan sepak bola. Permainan
sepak bola membutuhkan strategi, komunikasi yang baik serta kerja sama antara
satu pemain dengan pemain lain, supaya tercipta sebuah gol. Tidak hanya
menggunakan kekuatan otot melainkan kecerdasan otakpun sangat berperan.
Bayangkan bila hanya terus berlari tanpa ada tujuan, tidak punya ilmu dan
strategi bersepak bola. Maka dahaga kekalahanlah yang diperoleh.
Bila dianalogikan dalam kehidupan bahwa kita hidup perlu adanya kerja sama untuk mencapai tujuan hidup. perbedaan yang ada merupakan warna dari kehidupan. Hal tersebut dirancang oleh Maha Pencipta dituntut untuk saling bahu membahu mengarah pada jalan yang benar. Eksistensi manusia sebagai mahluk individu dan sosial mempunyai peran yang baku. Sebagai mahluk individu manusia harus mengerti karakter pribadinya dan sebagai mahluk sosial manusia harus dapat memahami perbedaan karakter orang lain supaya terjalin hubungan kerja sama seperti yang diterapkan dalam sepak bola. Selain itu kita harus tetap loyal dalam menuntut ilmu sebagai bekal dalam menyikapi derasnya aliran kehidupan.
Evolusi kehidupan terus berjalan selama bumi ini berputar, sikap yang harus kita anut adalah tetap berjuang dalam kondisi apapun. Seperti yang diaplikasikan para santri bersepak bola, mereka tetap menikmati asyiknya permainan walaupun kostum yang mereka gunakan sarung dan tanpa alas kaki selama rotasi waktu permainan belum berhenti. Kalah menang hal yang biasa karena bola kehidupan pasti berputar, namun hal yang harus kita sikapi bagaimana caranya kita dapat memutarkan bola tersebut ke arah gawang kemenangan. Maka dari itu tetaplah menjadi insan yang berguna bagi orang lain dengan selalu berikhtiar mencari ilmu sehingga terciptanya kehidupan sosial yang relavan.
Analogi lain yang terkandung bahwa Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan tidak luput dari kesalahan, hal yang wajar setiap hari pasti adanya sebuah kasus yang tidak diinginkan, karena manusia dirancang mahluk yang netral. Tergantung manusia yang mengambil tindakan ke arah yang baik atau buruk. Konsekwensi dari melakukan kesalahan pasti dia akan mendapatkan sanksi. Sama halnya yang hukuman yang diterapkan sepak bola santri, mereka yang kalah menerima hukuman sebagai balasan karena mereka melakukan kesalahan yang membuat timnya kalah.
*Mahasiswa TH 6B dan Pegiat LPM FatsOen.
BACA JUGA : MOTi EXPONENT
Jasa Rental Perlengkapan Seminar, Workshop, Launching, Wisuda, Partisi Pameran
BACA JUGA : MOTi EXPONENT
Jasa Rental Perlengkapan Seminar, Workshop, Launching, Wisuda, Partisi Pameran
0 comments:
Post a Comment